lailiving
lailiving
  • Home
  • Personal
  • About
  • Features
    • Beauty
    • Health
    • Learning
    • Support
    • Documentation
      • Privacy Policy
      • Disclaimer
      • Comment Policy
      • Archives
  • Contact Us

Highlight

Books

Collaboration



Hola! Aku kembali dengan review buku middle grade yang aku baca untuk baca bareng Neverland Book Club. Setelah melewati kejadian yang tidak terduga, akhirnya aku bisa membaca dan menyelesaikan buku yang sudah masuk ke dalam wishlistku cukup lama. Bersyukur banget buku ini terpilih untuk kegiatan baca bareng bulan Mei (meskipun aku vote buku middle grade lain yang sudah aku punya agak lama sih) karena kalau tidak ada tantangan membaca, buku-buku di wishlist dan TBR akan menumpuk di daftar itu selamanya, sementara si pembuat daftar sibuk menambah judul buku-buku baru dan dalam waktu bersamaan bingung mau membaca buku apa.

 

Length                               : 113 pages

Date released                    : September 1, 2012

Date read                          : May 26, 2023

Goodreads rating             : 4.43

My rating                         : 4.50

Keywords                        : middle grade, slice of life, friendship, family, school, realistic fiction

Where to read                  : physical book


BLURB

"Si kecil Na Willa tinggal di sebuah gang di Surabaya, di rumah dengan pohon cemara di depannya. Ia menghabiskan hari dengan berlari mengejar kereta bersama Dul (walau ia selalu tertinggal), pergi ke pasar bersama Mak, melewati bapak penjual anak ayam kuning, atau memikirkan bagaimana orang bisa nyanyi-nyanyi di dalam radio.

Buku ini berisi catatan-catatan Na Willa tentang dunia yang dilihat dari kacamatanya, di sebuah masa ketika dari radio terdengar lagu-lagu Lilis Suryani dan kasur kapuk dijemur lalu dipukul dengan rotan."


BUKU FISIK

Cover dari buku ini adalah jenis cover yang kadang aku suka, kadang tidak. Aku suka jenis cover doff seperti ini karena tidak merepotkan saat akan difoto di luar ruangan. Kurang sukanya karena gampang terlihat kotor, seperti bercak minyak di tangan bakal menempel di sana. Model covernya yang model lipat yang somehow adalah cover yang aku suka. Aku tidak dapat bookmark dari buku ini, mungkin memang tidak ada. Di dalamnya ada ilustrasi menggemaskan yang membantu pembaca membayangkan kejadian yang diceritakan Na Willa.

 

AKHIRNYA BISA BACA

Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, buku ini aku baca untuk ikut baca bareng Neverland Book Club bulan Mei. Karena aku sedang tidak ingin pakai scribd, aku memutuskan untuk baca buku fisiknya aja meskipun penasaran dengan versi bahasa Inggrisnya. Aku pesan buku ini di e-commerce, tapi proses pengemasan dan pengiriman cukup lama, sehingga baru datang saat mendekati deadline baca bareng. Ternyata waktu aku buka paketnya, buku yang dikirim salah, padahal aku sudah memilih buku pertama bercover merah, tapi yang dikirim malah yang cover hijau. Mau melakukan proses pengembalian barang juga kayaknya kelamaan, akhirnya aku biarkan saja, dan pesan dari tempat lain, toh aku juga berencana baca buku selanjutnya dari seri Na Willa ini. Kali ini pesananku sudah betul, meskipun waktu baca yang tersisa hanya 2 hari.

 

MY THOUGHTS

Dalam waktu sehari aku bisa menyelesaikan buku Na Willa ini karena memang halamannya sekitar 113-an saja, dan gaya penulisannya menyesuaikan gaya berbicara Na Willa yang masih seusia TK sehingga lebih cepat dibaca dibandingkan buku anak lainnya. Membaca buku ini terasa seperti sedang mendengarkan cerita seorang anak, bahasanya sederhana, polos dan hampir tidak ada kalimat panjangnya. Menurutku, kalimat yang pendek-pendek ini kadang bikin bingung, mungkin karena aku terbiasa baca kalimat yang lebih panjang yang bisa dibaca dengan cepat, sehingga membaca buku ini seperti mengingatkanku untuk baca lebih santai.

Aku sempat mengecek sampel versi bahasa Inggris, di mana kalimat bahasa Jawa yang ada di buku ini juga ada catatan untuk terjemahan kalimatnya. Untuk versi bahasa Indonesia tidak ada terjemahan kalimat bahasa Jawa yang ada di dalam bukunya. Karena aku juga berbicara bahasa Jawa, aku bisa memahami kalimatnya. Namun, aku jadi penasaran bagaimana dengan pembaca yang tidak mengerti bahasa Jawa.

Isi dari buku ini adalah kisah keseharian Na Willa, anak perempuan yang menurut aku penuh rasa ingin tahu, cerdas dan lucu, yang tinggal di rumah di sebuah gang. Banyak hal yang dia ceritakan kepada pembaca mengenai apa yang dia inginkan, teman-teman bermainnya, kebiasaan orang-orang di wilayah tempat tinggalnya, kejadian baru yang dia alami, hingga hal-hal random di rumah seperti radio dan boneka. Mungkin bakal muncul gambaran betapa santainya buku ini dan mungkin kepikiran kayaknya ga ada pesan yang ingin disampaikan penulis. Oh tentu tidak, banyak hal yang ditunjukkan di buku ini mulai dari identitas, bibit rasisme sejak anak-anak, perbedaan cara mengajar dari sekolah yang berbeda, hingga hal-hal yang membuat aku mengingat masa lalu terutama bagaimana ibu Na Willa menghadapi tingkah putrinya.

Bagian Mak mengajari Na Willa membaca terutama sangat mengingatkanku pada masa anak-anak. Kalau Mak punya cara sendiri untuk mengajar, ibu aku bakal membuat bentuk abjad dari kain busa tipis sisa membuat kerajinan tangan. Aku suka banget abjad buatan ibu yang rapi dan berwarna-warni. Entah usia berapa aku bisa membaca, yang jelas aku punya rasa ingin tahu yang besar terutama isi buku-buku yang dimiliki ayah dan ibu, sehingga semangat Na Willa di buku ini untuk belajar sangat bisa relate dengan aku yang belum sekolah itu.

Ilustrasi yang muncul di buku ini juga cocok banget dengan gaya penulisan (gaya bicara) Na Willa, sehingga keberadaan ilustrasi ini sangat membantu dan menghibur juga terutama saat menggambarkan kejadian yang membuat tertawa.

Mungkin sebagai pembaca bakal banyak hal yang tidak bisa kita ketahui dan membuat penasaran dari kisah yang dituturkan Na Willa. Menurutku hal inilah yang membuat buku ini terasa benar-benar diceritakan oleh anak-anak. Banyak hal yang tidak mereka ketahui dan pahami, seperti kenapa suatu hal bisa terjadi, apa yang sebenarnya terjadi dengan satu karakter, dan lain sebagainya.

Salah satu hal yang membuat aku cukup penasaran adalah bagian Bu Tini di buku ini yang dimunculkan di blurbnya. Aku dibuat bertanya-tanya seperti Na Willa mengenai reaksi Bu Tini dan anak-anak sekelas lainnya yang tertawa mendengar nama Na Willa. Kalau aku adalah Na Willa, aku bakal melakukan apa yang dilakukan Na Willa di buku ini.

Ngomong-ngomong soal Bu Tini, karakter ini menjadi salah satu karakter yang aku ingat meski sudah selesai baca bukunya. Bagian Bu Tini di kelasnya ini mengingatkanku waktu aku kelas 1 SD, setiap pagi wali kelasku selalu bertanya siapa yang tidak bawa buku, pensil dan alat tulis lainnya. Beliau akan membagikan buku tulis dan alat tulis yang dibutuhkan untuk mereka yang tidak membawanya. Maka dari itu, reaksi Bu Tini terhadap Na Willa yang tidak membawa buku membuat aku kesal. Uniknya lagi setelah aku selesai membaca buku ini, aku mendengar curhatan seseorang mengenai anaknya yang takut masuk sekolah karena guru SDnya cukup aneh, mengatakan anak tersebut akan menjadi anak nakal dan sering mengatakan hal-hal yang tidak encouraging kepada anak-anak. Aku langsung otomatis teringat Bu Tini.

Bagian akhir dari buku ini mengingatkanku pada Totto-Chan yang selalu dikeluarkan dari sekolah-sekolahnya sebelumnya. Mungkin kelanjutan kisah Na Willa di sekolah bakal dibahas di buku selanjutnya.

Setelah selesai membaca buku ini, catatan dari penerbit sangat bisa aku setujui karena pendapat mereka dan harapan diterbitkannya buku ini sesuai dengan apa yang aku rasakan terutama aspek nostalgia dari kisah Na Willa.

Secara keseluruhan, aku sangat senang dan menikmati membaca buku Na Willa dan ingin segera membaca buku selanjutnya (dan juga versi terjemahan bahasa Inggrisnya). Buat kamu yang sedang tidak ingin baca buku dengan kalimat dan paragraf panjang, tapi ingin membaca buku yang menghibur dan bisa mengingatkan kamu ke masa lalu terutama masa kanak-kanak, maka buku ini bisa banget kamu pilih.

 

Ada yang sudah pernah baca buku ini? Kasih tau di kolom komentar!



Hola! Seharusnya hari ini aku publish review buku Na Willa yang baru aku selesaikan kemarin, tapi karena aku ingin menyimpan ingatan cara mengimpor data dari Goodreads ke Storygraph biar suatu saat kalau ada yang nanya, aku tinggal cari di blog ini, maka aku memutuskan untuk membuat blog post ini saja hari ini.

Mungkin sebagian dari pembaca blog ini sudah menggunakan aplikasi Storygraph dan sudah berhasil import data Goodreads ke aplikasi tersebut yang berupa buku-buku yang sudah kamu baca, lagi kamu baca atau ingin kamu baca atau buku-buku lain yang kamu masukkan kategori tertentu. Tapi mungkin juga ada yang belum pernah menggunakan Storygraph dan tidak ingin report menginput buku-buku yang sudah kamu masukkan di Goodreads secara manual, tapi tidak mengetahui cara cepatnya bagaimana. Nah, blog post ini mungkin saja bisa muncul di hasil pencarian kamu dengan randomnya dan semoga bisa membantu kamu yang ingin segera melihat akun Storygraph kamu terisi buku-buku yang sama dengan akun Goodreads kamu.

 

PENGALAMAN SEBELUMNYA

Awal aku menggunakan Storygraph, akun aku sangat kosong melompong dan rasanya kayak kurang asik dilihat (karena mungkin waktu itu aku sudah terbiasa pakai Goodreads) sehingga aku memutuskan untuk mengimport data Goodreads aku ke Storygraph. Caranya cukup mudah dan harus menunggu beberapa waktu karena buku di akun Goodreads aku lebih dari 1000 buku, yang tentu saja didominasi buku-buku dalam kategori TBR. Setelah data Goodreads aku berhasil masuk di akun Storygraph, aku senang dong, akun aku lebih meriah kelihatannya. Tapi yang kurang aku suka adalah beberapa buku tidak masuk ke dalam shelf atau kategori yang seharusnya. Contohnya buku The Stationery Shop sudah selesai aku baca namun ketika diimport ke Storygraph, buku tersebut masih dalam status sedang dibaca. Ternyata tidak hanya buku itu saja, masih ada beberapa buku lain yang masuk di kategori yang salah. Ditambah lagi, covernya juga tidak sesuai dengan cover buku yang aku baca (misalnya buku The Seven Husbands of Evelyn Hugo, aku baca yang cover Evelyn lagi berdiri, tapi yang muncul di Storygraph adalah cover Evelyn rebahan). 

harusnya cover yang berdiri, bukan rebahan

Selain itu, karena perbedaan sistem rating Goodreads dan Storygraph, aku yang menggunakan rating .50 bakal membulatkan rating tersebut ke atas, jadi buku-buku dengan rating 4.50 bakal dapat rating 5.00 di Goodreads. Hal ini membuat semua buku baik yang asli aku beri rating 5.00 dan 4.50 bakal di-import ke shelf rating bintang 5 di Storygraph.


semuanya kecuali Anne of Green Gables bukan buku bintang 5

Buat aku yang peduli banget dengan hal-hal tersebut, mengimport data Goodreads adalah hal yang membuat aku sedih. Sehingga aku memutuskan untuk mengosongkan isi buku-buku di akun Storygraph aku. Aku berencana akan memasukkan data buku-buku tersebut secara manual. Meskipun sampai sekarang belum semua aku masukkan ke dalam akun Storygraph aku, tapi melihat tampilannya yang sekarang yang lebih rapi dan sesuai keinginan, lebih senang rasanya.

 

CARA IMPORT DATA GOODREADS KE STORYGRAPH LEWAT PC

1. Buka Goodreads, kalau sudah login, kamu bakal masuk ke halaman depan ini. Kalau belum, kamu harus login dulu dengan email dan password yang sudah kamu daftarkan. Klik My Books.


 

2. Di halaman My Books, scroll sampai bawah, untuk menemukan menu Import and Export di bagian sebelah kiri. Klik aja linknya.


 

3. Kamu bakal mendarat di halaman ini. Klik saja Export Library.


 

4. Setelah menunggu beberapa saat, bakal muncul link di bawah tombol Export Library. Link ini udah muncul dari awal (di akun aku ini) karena sebelumnya aku sudah request untuk Export Library.


 

5. Setelah diklik, file berupa .CSV akan terunduh ke komputer kamu. Mau disimpan di mana terserah dan tergantung setting browser kalian masing-masing ya. Kalau kalian tidak tahu disimpan di mana, tinggal klik icon folder di ujung kanan hasil download itu, nanti bakal buka foldernya langsung.


 

6. Buka Storygraph melalui app.storygraph.com. Sama seperti Goodreads, silakan login dulu kalau kalian belum login. Di halaman awal ini, klik foto profil di pojok kanan atas, kemudian pilih Manage Account.



7. Scroll sampai ketemu bagian Goodreads Import, dan klik tombol Import Goodreads Library



8. Di halaman ini, bakal disediakan info mengenai apa saja yang diimport dari akun Goodreads ke Storygraph. Saat menemukan Step 1, lewati saja, karena kamu sudah melalukannya. Langsung ke Step 2, klik Choose File.


9. Bakal muncul jendela baru untuk mencari file CSV dari Goodreads kalian, biasanya namanya goodreads_library_export. Pilih file tersebut dan klik Open.


10. Masuk ke Step 3, klik Import My Goodreads Library. 


11.  Tampilannya bakal seperti ini




12. Kalau kamu punya shelf khusus di Goodreads untuk buku-buku yang kamu miliki, kamu bisa langsung mengkategorikannya di bagian ini, tinggal klik drop down menu dan pilih nama shelf-nya. Kalau aku, langsung klik Import my Goodreads Library



13. Setelah proses ini, jika proses import sudah selesai, Storygraph akan mengirim email pemberitahuan.





APAKAH BISA EXPORT GOODREADS DATA LEWAT APP?

Berdasarkan pertanyaan tahun 2020 ini, jawabannya tidak bisa. Jadi kamu harus export data Goodreads kamu lewat browser.

 

CARA IMPORT DATA GOODREADS KE STORYGRAPH LEWAT HANDPHONE

Untuk bagian ini aku menggunakan handphone android ya, jadi mungkin bakal berbeda dari tampilan handphone dengan sistem operasi lain.

 

1. Karena tidak bisa export data Goodreads via aplikasi, maka kamu harus membuka Goodreads di browser handphone kamu. Tampilannya bakal seperti tampilan app begini. Karena aku menggunakan Chrome, tinggal tap icon titik tiga di pojok kanan atas.


 2. Agar tampilannya seperti tampilan di desktop, aktifkan saja Desktop Site


 3. Tampilannya bakal membesar, jadi harus dizoom biar kelihatan isinya. Klik My Books.



4. Cari di bagian kiri bawah, ada link Import and Export. Tap link tersebut.


5. Tap Export Library, dan file yang siap diunduh bakal muncul di bawahnya. Tap link Your export from bla-bla-bla untuk mengunduh filenya.

 

6. Konfirmasi download file dan tempat penyimpanannya. Tap Download.



7. Buka app Storygraph. Klik icon tiga garis di pojok kanan atas.


8. Pilih Manage Account



9. Scroll sampai ketemu bagian Goodreads Import. Tap tombol Import Goodreads Library


10. Scroll ke bawah, lewati Step 1, masuk ke Step 2, tap Choose File


 11. Pilih file csv yang sudah diunduh tadi

 



12. Tap Import my Goodreads Library. Setelah itu, kamu bisa melihat step nomor 11-13 di atas, karena stepnya sama. Setelah itu kamu tinggal menunggu Storygraph mengirim email pemberitahuan kalau data Goodreads sudah berhasil di-import.



 

BERAPA LAMA PROSES IMPORT KE STORYGRAPH?

Tergantung jumlah buku yang ada di akun Goodreads kamu. Akun aku yang berisi 1000-an buku membutuhkan waktu sekitar 6-8 jam sampai aku dapat email pemberitahuan kalau import sudah berhasil.





Storygraph akan mengirim email pemberitahuan import yang sudah berhasil dan penjelasan mengenai berapa buku yang tanggal bacanya tidak ada (meskipun kamu sudah memasukkannya di Goodreads sebelumnya). 


Jadi, sudah ada yang mencoba import data Goodreads ke Storygraph? Apa kalian suka hasilnya? Kasih tau di kolom komentar!

 


Hola hai!

Kali ini aku gak bahas buku, tapi lebih ke kategori personal. Belakangan di feed twitter yang semakin kacau selalu lewat tweet base yang menanyakan tips hidup di usia 25 tahun. Hal ini membuat aku mengingat-ingat apa saja yang aku perbuat saat aku berusia seperempat abad. Setelah mengingat-ingat cukup lama, sampai besoknya tweet tersebut muncul lagi di feed, aku ga bisa mengingat hal-hal yang membekas di ingatanku selama aku bernapas di usia tersebut. Dengan melihat kondisi kehidupanku sekarang yang menurut aku sudah sukses mengisi blog ini selama 4 tahun, aku memutuskan untuk memberikan tips hidup buat kalian yang mungkin tidak sengaja menemukan blog post ini.

Ya ini adalah blog post paling inspiratif yang aku buat selama blog ini lahir ke dunia. Ha ha ha.

Blog post ini tidak hanya ditujukan untuk orang-orang berusia 25 tahun, tapi semua usia, karena menurutku, tidak ada standar pasti yang bisa menentukan seseorang harus ngapain di usia tertentu. Jadi blog post ini buat semua orang yang merasa ga tau harus ngapain dalam hidup saat mau ulang tahun di usia tertentu (misal 17 tahun, 15 tahun, 21 tahun, 28 tahun, 35 tahun, dll.). Meskipun usiaku tidak se-tua fosil pithecanthropus erectus, tapi semoga tulisan ini bisa membantu kamu berapapun usiamu.

 

TIPS MENJALANI KEHIDUPAN MENJELANG USIA TERTENTU

1. Tetap hidup. Jika ingin mendapat tips hidup, maka langkah pertama adalah bernapas. Jika kamu saat ini sedang bernapas, you’re on the right path. 

2. Kalau kamu ingin sukses, definisikan sukses menurut dirimu sendiri. Kamu bisa mendefinisikan sukses sesuai KBBI yaitu "berhasil; beruntung" dan mengembangkannya menurut keinginanmu sendiri. Kamu mau berhasil melakukan apa? Kamu bisa saja mengambil definisi sukses menurut orang lain misalnya punya rumah nanas, bisa makan nanas, punya toko nanas, punya toples acar, atau bisa berkunjung ke pulau penghasil nanas. Buat kamu yang tidak ingin berhasil melakukan sesuatu atau tidak punya keinginan untuk menjadi sukses, that's great, kamu tidak perlu pusing memikirkan definisi sukses! Tidak ingin sukses juga bukan hal yang buruk, menurut aku. Kamu mungkin bisa hidup penuh kedamaian jika hidup seperti ini.

Contoh rumah nanas :

The Pineapple House, Scotland
dibangun oleh John Murray yang pulkam ke Scotland dan ingin menunjukkan ke para tetangga kalo dia udah balik dan jadi orkay 🍍 pic.twitter.com/Avb1c3j6Un

— lala🌙 (@shainalite) May 2, 2023

3. Kamu boleh nonton video tokoh inspiratif atau baca interview anak muda sukses, tapi selalu ingat bahwa setiap orang punya kehidupan yang berbeda dan cara yang berbeda untuk mencapai impiannya. Saat kamu menjadikan kisah hidup seseorang dalam mencapai 'kesuksesan' sebagai standar hidupmu, kamu yang mungkin diciptakan dengan latar belakang jauh berbeda dari orang-orang yang kamu tonton videonya, bakal kesulitan mengikuti tips mereka. Kayak waktu aku membaca tips mengelola keuangan, banyak banget video dan artikel yang menyebutkan untuk tidak ngopi, tentu saja tips tersebut tidak cocok dengan aku yang emang tidak pernah membelanjakan gaji untuk ngopi-ngopi. 

4. Untuk kamu yang punya banyak keinginan : meskipun ada kemungkinan kamu bisa mencapai semua hal yang kamu inginkan, tapi kamu harus mengingatkan dirimu kalau kamu butuh waktu untuk mencapai semua impianmu dan kamu bebas mengganti impianmu dengan yang baru. Kamu ga bisa menentukan dengan pasti tanggal dan jam berapa kamu mencapai kehidupan yang kamu impikan. Masing-masing keinginanmu butuh waktu yang berbeda untuk bisa terwujud, dan mungkin juga ada yang tidak tercapai karena kamu tidak lagi menganggap satu hal sebagai keinginanmu.

5. Catat ide dan impianmu. Beberapa orang punya banyak banget keinginan dan rencana yang ingin dilakukan, termasuk aku. Meskipun kamu melakukan tips nomor 4, kamu tidak otomatis harus melupakan semua impianmu karena merasa kayaknya ga mungkin deh bisa tercapai. Catat dulu semua ide dan hal-hal yang ingin kamu lakukan atau miliki di masa depan, siapa tahu bisa menjadi inspirasi kamu saat kamu tidak tahu ingin melakukan apa. Seperti aku waktu ikut Ramadan Challenge tahun ini, aku membuka kembali draft blog yang pernah aku tulis dan ide-ide blog yang ingin aku publish sebelumnya, yang ternyata sangat membantu aku seperti curhatan tentang The Atlas Six, iseng-iseng baca buku romance di iKaltara, rekomendasi buku horor, dan review buku Catalyst.

6. Kamu boleh memilih "kalau dia bisa, aku juga pasti bisa" sebagai motto hidupmu, tapi kamu juga boleh memilih “kalau dia bisa, dia aja gapapa, aku enggak deh” sebagai motto hidup agar hidup lebih tenang. Motto yang pertama mungkin awalnya ditujukan agar seseorang lebih optimis dan bersemangat mencapai impian, tapi lama-lama capek juga mengikuti langkah orang lain. Lagi pula kenapa manusia diciptakan dengan bentuk, ukuran dan bahkan sidik jari yang berbeda kalau hanya untuk hidup dan mencapai hal-hal yang sama aja.

7. Lakukan sesukamu. Kamu boleh banget tidak setuju dengan hal-hal yang aku sebutkan ini, karena yang bakal menjalani kehidupanmu hanyalah kamu, bukan aku. Kalau sebelumnya kamu sudah punya ‘rules’ sendiri dalam menjalani hidup, that’s great! Kalau kamu hanya bisa melakukan tips nomor 1, that’s cool!

 

Sepertinya sudah ya, terlalu banyak tips juga nanti gak bakal diinget juga sama pembaca. Kalau kamu punya tips sendiri dalam menjalani kehidupan, silakan tinggalkan tipsmu di kolom komentar.

 


Hai! Kali ini aku bakal bahas mengenai book club atau klub buku, karena sebelumnya aku sempat bahas rekomendasi buku middle grade horror untuk meeting pertama Neverland Book Club, atau mereview buku Charlie Thorne dan Catalyst yang semuanya aku baca untuk reading challenge Neverland Book Club. Nah, sebagian besar dari kalian mungkin sudah mengenal apa itu book club dan sudah ikut beberapa book club yang sesuai dengan buku-buku yang kalian suka, dan mungkin juga sebagian dari kalian have no idea about what book club is, kenapa orang-orang suka masuk book club, apa manfaatnya sih bergabung di book club dan lain sebagainya. Di blog post ini aku mungkin bakal menjawab beberapa pertanyaan tersebut.

 

APA ITU BOOK CLUB?

◾ Menurut Collins Dictionary :

A book club is a group of people who meet to talk about a book or books that they have all read.

◾ Menurut Cambridge Dictionary :

a group of people who meet regularly to talk about a book that they have all read

Book club atau klub buku adalah beberapa orang yang bersama-sama membaca dan mendiskusikan buku yang dapat berupa grup informal antar teman yang berkumpul untuk membaca dan mendiskusikan buku, hingga ke grup yang lebih terstruktur dengan daftar bacaan tertentu dan jadwal pertemuan rutin.

 

MACAM-MACAM BOOK CLUB

Book club bisa dibentuk dengan berbagai tujuan dan alasan, sehingga bisa dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Karena banyak banget (sepertinya), macam-macam book club yang aku sebutkan mungkin masih belum mencakup semua book club yang ada di dunia :

1. Book club berdasarkan genre / kategori buku

◾ Fiction book club (klub buku fiksi)

◾ Non-fiction book club (klub buku non-fiksi)

◾ Classic book club (klub buku klasik)

◾ YA book club (klub buku YA)

◾ Middle grade book club (klub buku middle grade) >> Neverland Book Club masuk kategori ini

◾ Poetry book club (klub buku puisi)

◾ Fantasy book club (klub buku fantasi)

◾ Mystery book club (klub buku misteri)

◾ Historical fiction book club (klub buku fiksi sejarah)

 

2. Book club menurut komunitas atau grup orang-orang dengan ketertarikan atau identitas yang serupa

◾ Women’s book club (klub buku yang anggotanya wanita dan atau membahas buku-buku yang ditulis oleh wanita atau mengenai wanita)

◾ LGBTQ+ book club (klub buku yang khusus membahas buku-buku dengan karakter atau yang ditulis oleh penulis LGBTQ+)

◾ African-American book club

◾ Latinx book club

◾ Religious book club (biasanya berdasarkan agama tertentu dan berfokus pada diskusi buku-buku agama tersebut)

3. Book club lain

◾ Author-specific book club (klub buku yang membahas buku-buku yang hanya ditulis oleh satu penulis tertentu)

◾ Language-specific book club (klub buku yang khusus membahas buku-buku dalam bahasa tertentu seperti Bahasa Inggris, Bahasa Spanyol, atau Bahasa Indonesia)

◾ Online book club (klub buku yang membernya bisa berasal dari manapun dan berpartisipasi dalam diskusi / meeting secara online)

◾ Public figure book club (klub buku yang dibentuk oleh oleh orang-orang yang dikenal publik, tidak hanya orang-orang super terkenal namun bisa juga klub buku yang dibentuk oleh book content creator seperti booktuber, bookstagram atau bookblogger yang temanya juga beragam)

 

MANFAAT IKUT BOOK CLUB

1. Memperluas daftar bacaan

Dengan menjadi member book club, kita bisa mendapat kesempatan untuk mengenal buku-buku dan penulis baru.

a. Membuat kamu mengenal penulis dan genre baru karena biasanya klub buku bakal memilih buku yang belum pernah kamu ketahui sebelumnya. Dengan membaca buku pilihan tersebut, kamu dapat mengeksplor penulis dan genre baru yang sebelumnya tidak pernah kamu pikirkan. Seperti waktu aku ikut reading challenge Neverland Book Club bulan Maret, aku sama sekali belum pernah mempertimbangkan untuk membaca historical fiction karena biasanya selalu menyedihkan karena bersetting sekitar perang dunia, tapi ternyata historical fiction untuk middle grade bisa sangat kompleks dan isinya tidak sedih melulu.

b. Menyediakan pilihan bacaan yang bervariasi yang membuat kamu bisa membaca buku-buku dengan mengangkat tema berbeda. Hal ini bisa memperluas ketertarikan kamu terhadap jenis buku yang kamu suka.

c. Menyemangati membernya untuk membaca buku yang biasanya tidak dibaca karena biasanya buku-buku untuk challenge book club kalau tidak berasal dari voting member juga berasal dari admin book club tersebut.

 

2. Bersosialisasi

Dengan bergabung ke klub buku, kamu bisa bertemu dengan orang-orang yang punya ketertarikan dan kesukaan terhadap buku yang tentunya kita bisa bersosialisasi dengan mudah, karena :

a. Kesukaan yang sama terhadap buku. Member klub buku terutama jika spesifik untuk buku-buku dengan tema, genre atau kategori tertentu bakal diisi dengan orang-orang yang menyukai hal-hal tersebut, sehingga untuk bisa berinteraksi dan membagikan buku bacaan favorit jadi lebih mudah.

b. Diskusi. Klub buku biasanya punya jadwal meeting untuk mendiskusikan buku yang sudah dibaca. Mereka bakal menyediakan kesempatan untuk membernya untuk bergabung dalam diskusi dan membagikan pengalaman membaca buku yang dipilih.

c. Adanya perspektif yang lebih luas. Karena member dari klub buku berasal dari latar belakang yang beragam dan punya pengalaman berbeda-beda, maka kita bisa mendengarkan pendapat yang berbeda punya mengenai satu buku yang sama. Member klub buku pun bisa belajar satu sama lain dan memahami sudut pandang yang berbeda.

d. Support, karena anggota klub buku bisa rekomendasi buku ke anggota lain untuk bacaan mendatang, bahkan memberi semangat untuk menyelesaikan tantangan membaca yang sedang diadakan.

 

3. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis

Dengan bergabung ke klub buku, kita bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis sebagai pembaca, karena :

a. Ikut dalam diskusi. Book club selalu menyediakan peluang untuk anggotanya agar berpartisipasi dalam diskusi buku. Dengan berpartisipasi aktif dalam diskusi, kita bisa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan menganalisa dan mengevaluasi isi dari buku.

b. Ada pendapat yang berbeda. Di dalam klub buku selalu ada anggota yang punya pendapat berbeda mengenai sebuah buku. Dengan mendengarkan pendapat yang berbeda, kita bisa memperluas pemahaman kita terhadap buku tersebut.

c. Kesempatan menganalisa tema dan pesan. Book club bakal menyelami tema dan pesan yang muncul di dalam sebuah buku dengan mengidentifikasi arti tersirat dari sebuah kejadian dan menghubungkannya dengan bagian lain dari buku. Di bagian ini kita juga bisa mengetahui gaya penulisan yang digunakan penulis dan bagaimana penulis menyampaikan pesannya hingga untuk siapa pesan tersebut ditujukan.

 

4. Memotivasi untuk membaca

Ketika kita bergabung dengan klub buku, maka klub buku bisa membantu kita untuk membaca buku, memprioritaskan bacaan hingga menyelesaikannya, melalui :

a. Meeting. Klub buku bakal mengadakan meeting untuk mendiskusikan buku yang dipilih dalam satu waktu tertentu. Dengan adanya jadwal meeting dan diskusi ini bakal memotivasi kamu untuk menyelesaikan buku tepat waktu

b. Deadline membaca. Karena biasanya ada meeting, maka biasanya juga diikuti dengan deadline membaca yang membantu anggotanya stay on track, yang sangat membantu buat kamu yang kesulitan membagi waktu membaca.

c. Anggota lain. Kalau kamu jenis orang yang merasa loyo dan tidak bersemangat kalau membaca buku sendirian, maka dengan adanya book club, kamu bisa bersama-sama membaca satu buku yang sama atau masih dalam satu tema bersama-sama dengan anggota lainnya.

d. Diskusi. Karena biasanya dalam diskusi book club bakal ada spoiler, buat kamu yang tidak suka spoiler, maka kamu bakal mencoba menyelesaikan buku yang dipilh agar bisa ikut diskusi dan bisa turut berpartisipasi / menyampaikan pendapat mengenai buku tersebut.

e. Goal setting. Klub buku bisa membantu kamu mengeset goal dan mencapai goal tersebut, misalnya waktu Neverland Book Club mengadakan readathon, kita bakal memilih buku-buku yang bakal kita baca dan berusaha sebaik mungkin menyelesaikannya di akhir readathon.

 

5. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Hal ini bisa dicapai melalui kegiatan di dalam klub buku seperti :

a. Diskusi. Kita bisa melatih diri untuk menyampaikan isi pikiran dan pendapat kita dengan jelas dan efektif melalui diskusi buku yang dipilih.

b. Mendengarkan. Kita juga bakal mendengarkan member lain menyampaikan pemikirannya. Dengan mendengarkan, kita bisa memahami orang lain dengan lebih baik yang merupakan kemampuan komunikasi yang penting.

c. Memberi dan menerima feedback. Diskusi di dalam klub buku adalah tempat yang tepat untuk menerima dan memberikan feedback. Kita bakal berlatih untuk mengirim saran yang membangun dan menerima saran dengan baik.

d. Menghargai perbedaan. Di dalam klub buku, sangat umum jika ada member yang punya interpretasi berbeda terhadap satu buku yang sama. Dengan belajar untuk menyampaikan pendapat dengan sopan, kita bisa meningkatkan kemampuan komunikasi.

e. Mengekspresikan diri. Dengan berpartisipasi dalam diskusi klub buku, kita bisa mengembangkan kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan jelas dan efektif. Kita bisa menggunakan teknik yang berbeda yang sesuai atau kita bisa mempelajari bagaimana anggota lain berkomunikasi dengan baik.

 

6. Have fun

Hal terpenting dalam bergabung dengan sebuah klub buku adalah pengalaman yang menyenangkan. Klub buku bisa menjadi cara yang asik untuk menambah daftar bacaan, bertemu orang-orang baru yang punya minat terhadap buku, mendiskusikan buku-buku yang menarik, berinteraksi dengan sesama pembaca buku hingga berpartisipasi dalam event terkait buku lainnya, karena bisanya klub buku akan mengadakan acara terkait buku dengan mengundang klub buku lainnya sehingga kita bisa mengenal lebih banyak orang melalui kegiatan yang kita suka.

 

7. Tempat untuk berdiskusi dengan nyaman

Klub buku selalu menyediakan wadah untuk berdiskusi yang nyaman atau safe space untuk anggotanya agar bia menyampaikan pendapat dan pikiran mengenai sebuah buku hingga topik sensitif yang dibahas di dalamnya. Hal ini dkarenakan :

a. Anggota klub buku adalah orang-orang yang ketertarikan yang sama dalam membaca dan mendiskusikan buku. Hal ini menciptakan kepercayaan diantara pada anggotanya dan menciptakan lingkungan yang aman untuk berdiskusi.

b. Diskusi klub buku biasanya dipimpin dan diarahkan oleh moderator atau pemimpin diskusi yang dapat menjaga jalannya diskusi dengan interaksi yang saling menghormati dan konstruktif. Hal ini dapat mengajak para anggotanya untuk merasa nyaman dalam mengekspresikan pendapat dan idenya tanpa merasa takut akan judgment dari anggota lain.

c. Anggota klub buku berasal dari latar belakang yang berbeda dan memiliki pengalaman hidup yang beragam, sehingga hal ini dapat mengarahkan diskusi menjadi lebih kaya dan variatif. Dengan ada perbedaan pengalaman hidup dan background, maka setiap anggota bisa menghargai pendapat yang berbeda pula dari anggota lainnya.

 

KESIMPULAN

Menjadi bagian dari klub buku adalah hal yang bermanfaat mulai dari memperluas daftar bacaan, menambah teman, meningkat kemampuan berkomunikasi hingga membuat hidup lebih bahagia.  

 

Jadi, apakah kamu bagian dari klub buku? Kasih tahu di kolom komentar.

 


Hai! Masih lanjut mengubek-ubek tulisan naskah blog yang aku buat sebelumnya, aku menemukan file ini. Ceritanya di bulan November 2022 aku menantang diri sendiri untuk membaca buku romance (yang merupakan genre yang bukan genre prioritas dalam memilih buku bacaan) karya penulis Indonesia yang tidak banyak dibahas di media sosial dan aku gak bakal peduliin covernya, pokoknya baca aja buku yang aku temukan. Aku memutuskan untuk pinjam di aplikasi iKaltara yang sudah aku punya, dan tentu saja agar lebih mudah, aku mencari di kategori yang isinya banyak buku romancenya (aku lupa nama kategorinya). Di situ ada beberapa buku yang bisa dipinjam, aku akhirnya memutuskan untuk meminjam 2 buku paling atas yang ada tanpa mempertimbangkan covernya (karena aku jenis orang yang suka milih buku berdasarkan cover). Kedua review di bawah ini tidak aku edit lagi karena biar terlihat aja bulan November tahun lalu aku punya pendapat seperti apa.

 

1. SHE’S VIOLITA OLEH BAGUS RIYANTIARNO PUTRA

Dari covernya aku gak yakin buku ini bakal jadi buku favorit, kemudian blurbnya :

“Wanita cantik yang identik dengan kerudung violet layaknya tuan putri itu bernama Violita. Sebuah ketidaksengajaan saat mengenal dirinya, dia yang identik dengan warna violet di dirinya itu sungguh cantik nan memesona sungguh membuat diriku bertanya-tanya apakah diriku bisa dimilikinya atau mungkin akan menjadi khayalan saja? Namun sepasang cangkir cappucino hangat menyatukan dua insan ini dalam pertemuan pertamanya tanpa disadari bahwa rasa nyaman itu mulai hinggap di antara mereka namun ragu masih menutupinya.

Seiring waktu semua rasa sudah tak bisa dibohongi cukup dengan pertemuan kedua di antara mereka jatuh hati dan saling jujur soal rasa masing-masing. Bagai kopi dan cangkirnya mereka lewati hari-hari itu dengan kebersamaan layaknya pasangan yang sempurna bahkan setiap tempat yang mereka kunjungi telah mengakui romantisme di antara mereka saat itu.

Namun tak semua yang terlihat sempurna, serasi dan romantis itu akan mudah dijalani. Berbagai kesalahpahaman, minimnya komunikasi, karier dan cita-cita mereka menguji kekuatan cinta yang telah hadir. Semua tak terlihat indah seperti di awal rasakan pertemuan yang dulu menghadirkan canda dan tawa kini hanya menghadirkan luka dan duka. Apakah kekuatan cinta mereka akan bertahan? Atau beberapa faktor tersebut memaksakan perpisahan itu tiba?”

 

Dari blurbnya aku merasa bahwa buku ini bukanlah buku yang tercipta untukku. Ketika aku baca, di halaman pertama aku sudah menemukan bagian cringey yang ternyata berlanjut sampai halaman terakhirnya. Untungnya buku ini sepanjang 167 halaman, sehingga aku tidak terlalu suffering dalam mini challenge buatan aku sendiri.

HAL-HAL YANG KURANG AKU SUKA :

◾Nama karakternya : Violita dan dia berdandan serba violet, yasalam. Gapapa sih, kalau seseorang hidup mengikuti namanya, tapi jadi penasaran kan kenapa orang tuanya memberi nama Violita, apakah keluarganya punya hubungan khusus dengan warna violet?

◾Konsistensi samar, kayak panggilan ke orang tua saja kadang mom kadang mamah kadang ibu, kemudian disebutkan tokoh utama ini suka humor, padahal di sepanjang ceritanya dia ga melucu sama sekali.

◾Repetitif juga, seperti sering banget si tokoh utama menjelaskan ke pembaca kalau dia ini cuek, padahal sikapnya tidak cuek sama sekali.

◾Karakternya gak ada yang aku suka juga. Tidak ada perkembangan dan chemistry diantara para karakternya not found. Karakter Violita suka melakukan kekerasan, misalnya di awal bab saat baru ketemu dengan tokoh utama dia sudah menjambak si cowok ini 2 kali kemudian mencubit juga, dan berlanjut di bab-bab selanjutnya. Benar-benar karakter yang menakutkan. Aku jadi mempertanyakan motivasi karakter utama untuk berhubungan dengan karakter perempuan yang menakutkan ini.

◾Bukunya terasa terburu-buru dan banyak hal yang seharusnya dijelaskan atau menjadi sesuatu yang bisa memperkaya cerita itu malah dibiarkan begitu saja layu di pojokan.

◾Dialognya berasa seperti dialog orang-orang yang hidup tahun 2005-2006, padahal buku ini dirilis tahun 2019. Dan juga aku menemukan banyak hal seperti toxic masculinity, sexism, fatphobia dan stereotype dan ekspektasi untuk orang-orang dari suku dan jenis kelamin tertentu untuk menjadi atau melakukan sesuatu.

◾Aku sangat berharap di tengah adegan cringey yang bertebaran tersebut tau-tau muncul plot twist kayak misalnya si cewek ini ternyata hantu gentayangan atau ternyata si cowok ini mengalami gangguan psikologis yang membuat karakter Violita ini ternyata gak nyata dan genrenya ternyata psychological thriller. Kalau seperti ini kan jadi jauh lebih seru.

◾Diksi yang digunakan di sepanjang bukunya tidak cocok dengan situasi yang ingin dibangun dan juga bunyi ketukan pintu selalu dimunculkan bahkan dimasukkan ke dalam percakapan seperti “Tok tok tok, selamat pagi pak.”

◾Dan apakah ada manusia yang di dalam kehidupannya berkata “huft” di saat berada di dalam percakapan serius?

 

2. CAMELLIA OLEH LIANA SHINTIA ELDAWATI

Buku ini adalah buku lain terbitan tahun 2019 yang aku temukan di aplikasi iKaltara.

Blurb : “Kematian sang nenek membuatnya harus tinggal bersama ibu kandung dan ayah tirinya, siapa sangka ibunya menikahi pria yang salah, karena Albern ingin melenyapkan Camellia, dari sanalah ia dibantu oleh Will (teman masa kecilnya) yang juga memiliki dendam kepada Albern, dan tak sengaja Camellia bertemu dengan Aksel yang ternyata adalah teman dekat dari ayah kandung Camellia yang sudah lama ia tak berjumpa, dan akhirnya mereka bertemu kembali, ternyata Aksel dan Will menaruh hati pada Camellia, mereka berusaha mendapatkan cinta Camellia.”

Sejujurnya buku ini lebih membingungkan dari buku pertama dan aku tidak mengerti apa yang ingin disampaikan penulis melalui kisah Camellia di buku ini.

HAL-HAL YANG KURANG AKU SUKA :

◾Di bagian awal, sudah muncul cara penulisan “di” yang tidak sesuai, dan kayaknya penulisnya tidak mengetahui kalau penulisan “di” yang tidak diikuti tempat, harus digabung, sehingga hal ini berlanjut ke halaman-halaman selanjutnya, meski tidak semuanya (sejujurnya meskipun ini hanya soal “di” tapi somehow aku selalu sebel kalau lihat ada penggunaan “di” yang tidak sesuai kaidah penulisan)

◾Sudut pandang yang digunakan tidak jelas, kadang pakai “aku” kadang pakai “dia”

◾Tanda baca juga tidak digunakan sesuai fungsinya, sehingga banyak kalimat yang membingungkan sehingga maksud penulis untuk menyampaikan ceritanya tidak bisa tersampaikan dengan baik

◾Kalau di buku pertama, aku sebel dengan bunyi ketukan pintu, di buku yang ini bunyi-bunyiannya lebih banyak lagi, dan karena penggunaan tanda baca tidak sesuai fungsinya, bunyi-bunyian seperti ketukan pintu, air mengalir atau orang jatuh pun masuk ke dalam percakapan.

◾Tokoh utama tidak jelas yang mana, ceritanya juga kemana-mana

◾Kesannya seperti terburu-buru dalam menulis cerita ini sehingga jeda antar kejadian itu tidak ada

◾Aku juga tidak tahu ini bukunya ditujukan untuk usia berapa, karena ada percobaan pembunuhan dan ada sexual content di dalamnya. Tokoh utamanya dikatakan berusia 21 tahun tapi di sepanjang bukunya dia terdengar seperti anak SMP sehingga aku kaget waktu ada adegan tersebut.

◾Terus kenapa semua tokoh laki-laki di buku ini dideskripsikan “punya badan berotot dan gagah”? Bahkan di salah satu karakter ditulis sebagai pria yang seksi. Padahal deskripsi mengenai bentuk tubuh mereka juga kayaknya tidak berpengaruh dengan jalannya cerita.

  

KESIMPULAN

Aku sedang tidak beruntung, karena tidak menemukan buku romance yang cocok dengan aku kali ini. Semoga next di mini challenge selanjutnya, aku bisa menemukan buku yang aku suka. Dan aku yakin, meskipun kedua buku yang aku baca ini tidak ada yang menjadi favorit, masih banyak buku-buku karya penulis Indonesia lainnya yang mungkin cocok dengan selera aku.

Dan melalui mini challenge ini, aku lebih mengenal preferensi bacaan aku yang berbeda terutama untuk genre romance. Buku-buku yang aku baca ini memiliki pesan bahwa cinta itu perlu diuji, cinta itu perlu diperjuangkan, dan cinta itu adalah selalu tentang dua manusia yang tertarik satu sama lain, dan hal-hal itu adalah hal-hal yang tidak aku yakini dalam kehidupan aku. That’s okay jika ada pendapat berbeda mengenai kehidupan dan cinta. Mungkin buku-buku ini ditujukan untuk pembaca yang lebih muda dari aku yang kemungkinan bisa relate dengan pemahaman penulis mengenai human’s relationship dynamics.

Next time, aku mungkin bakal baca buku romance yang masuk kategori adult, yang mungkin pembahasan mengenai prinsip hidup dan karakternya lebih luas dan lebih bisa dipahami meskipun jauh berbeda dari yang aku percayai. Karena berbeda pemahaman, kepercayaan dan pendapat itu adalah sebuah hal yang normal dan selama sebuah buku memberikan waktu kepada pembaca untuk memahami pesan yang ingin disampaikan penulisnya melalui kegiatan para karakternya, buku itu selalu punya kemungkinan untuk dapat rating tinggi dari aku.

Older Posts Home

ABOUT ME

Contact | Collaboration |

Hello, I'm Lala, a lifestyle blogger from Malang, Indonesia. I share some stuff here in lailiving such as books I enjoy reading, songs I love listening to, bullet journal, and many other thing I like as well as my thoughts about life in general, in Bahasa Indonesia and/or English. For more information, reach me through some links below and above and everywhere in this blog. Feel free to leave your comments in the comment box for this blog improvement.

Professional Reader

Reviews Published
Web Hosting
Web Hosting
Foods
Self Growth

Add to Reading List

POPULAR POSTS

  • 100+ Buku Gratis di British Council Library via Libby App
  • Cara Mudah Menggunakan Aplikasi Libby untuk Baca Buku Gratis
  • March 2023 Reading Plans | Monthly TBR
  • Cara Membuat E-Card British Council Library untuk Pinjam Buku di Libby
  • Emerald Pieces : The River and the Dance by Mia A. Ulfah | Book Review
  • Memahami Perasaan Seorang Penggemar Idol | Idol, Burning by Rin Usami | Book Review Indonesia
  • Song of Silver, Flame Like Night by Amélie Wen Zhao | Book Review
  • Don't Worry, Your Gift is on The Way
Blogger Perempuan

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates

DMCA.com Protection Status