A Taste for Love revolves around Liza Yang, a high school senior with a passion for baking. She dreams of attending culinary school, but her traditional mother has other plans for her, including finding her a suitable Asian boyfriend. When Liza agrees to help with her family's annual baking competition, she discovers her mother's secret plan: all the contestants are young Asian American men her mother has handpicked for Liza to date. Among them is James Wong, whom Liza initially dislikes. This story explores themes of love, family, cultural traditions, and the pursuit of one's dreams.
(A Taste for Love berkisah tentang Liza Yang, seorang siswa sekolah menengah atas yang memiliki hobi membuat kue. Dia bercita-cita untuk bersekolah di sekolah kuliner, tetapi ibunya yang tradisional memiliki rencana lain untuknya, termasuk mencarikannya seorang pacar keturunan Asia yang cocok. Ketika Liza setuju untuk membantu dalam kompetisi membuat kue tahunan keluarganya, dia mengetahui rencana rahasia ibunya: semua kontestan adalah pria muda Amerika keturunan Asia yang telah dipilih sendiri oleh ibunya untuk dikencani Liza. Di antara mereka adalah James Wong, yang awalnya tidak disukai Liza. Cerita ini mengeksplorasi tema cinta, keluarga, tradisi budaya, dan pengejaran impian seseorang.)
BOOK INFORMATION
Title : A Taste for Love
Author : Jennifer Yen
Publisher : Razorbill
Language : English
Length : 352 pages
Released : February 2, 2021
Read : August 29-31, 2023
GR Rating : 3.75
My rating : 4.25
BOOK REVIEW
A Taste for Love is a delightful modern retelling of Jane Austen's classic, Pride and Prejudice. While it maintains the essence of the original story, it adds a unique twist by placing the narrative within the world of baking competitions. The clever adaptation of familiar characters and themes from Austen's work blends with the baking backdrop, creating a fresh and engaging tale that captivates readers from start to finish.
Baking and food play integral roles in the story, infusing it with mouthwatering descriptions. The author, Jennifer Yen, weaves the art of baking into the narrative, making it not just a backdrop but a central element. Readers are treated to vivid descriptions of delectable treats from taro cream buns to matcha-infused cookies. Baking is not just a profession but a passion for our protagonist, Liza, and her culinary creations mirror her journey of self-discovery. The competition adds layers of excitement and tension to the narrative, as contestants vie not only for the title but also for a place in Liza's heart.
Yet, A Taste for Love is not just about delectable pastries; it delves deep into the theme of parental expectations and cultural traditions. Liza grapples with the weight of her mother's aspirations for her. Her mother's desire for Liza to find her a suitable boyfriend from a specific cultural background and to pursue a traditional career path clashes with Liza's dreams of attending culinary school. This cultural clash between generations is explored with sensitivity, highlighting the challenges faced by many young individuals torn between honoring their cultural traditions and forging their own paths.
The impact of parental expectations on Liza's relationships and choices becomes a central focus of the book. Liza's journey is marked by her struggle to balance her own aspirations with her mother's desires. It is a relatable one for anyone who has felt the pressure of living up to their parents' hopes and dreams. As she navigates the baking competition and her growing attraction to James, one of the contestants, readers witness the internal conflict she faces. Her evolving relationships with her family, friends, and potential suitors are shaped by her attempts to assert her own agency while respecting her cultural heritage.
(A Taste for Love adalah penceritaan ulang modern yang menyenangkan dari karya klasik Jane Austen, Pride and Prejudice. Meskipun mempertahankan esensi cerita aslinya, buku ini menambahkan sentuhan unik dengan menempatkan narasinya dalam kompetisi membuat kue. Adaptasi yang cerdas dari karakter dan tema familiar dari karya Austen berpadu dengan latar belakang pembuatan kue, menciptakan kisah segar dan menarik yang memikat pembaca dari awal hingga akhir.
Makanan dan kegiatan membuat kue memainkan peran integral dalam cerita, yang memberikan deskripsi yang menggugah selera. Penulis, Jennifer Yen, merangkai seni membuat kue ke dalam narasinya, yang menjadikannya bukan sekadar latar belakang namun juga elemen sentral. Pembaca disuguhi deskripsi yang jelas tentang camilan lezat mulai dari roti krim talas hingga kue dengan matcha. Memanggang kue bukan sekadar profesi, melainkan sebuah kecintaan bagi protagonis kita, Liza, dan kreasi kulinernya mencerminkan perjalanan penemuan jati dirinya. Kompetisi ini menambah keseruan dan ketegangan dalam narasinya, karena para kontestan tidak hanya bersaing memperebutkan gelar juara, namun juga memperebutkan tempat di hati Liza.
Namun, A Taste for Love bukan hanya tentang kue-kue yang lezat; buku ini menggali jauh ke dalam tema ekspektasi orang tua dan tradisi budaya. Liza berjuang dengan beban impian ibunya terhadap dirinya. Keinginan ibunya untuk mencarikannya pacar yang cocok dari latar belakang budaya tertentu dan mengejar jalur karier tradisional berbenturan dengan impian Liza untuk bersekolah di sekolah kuliner. Bentrokan budaya antar generasi ini dieksplorasi dengan sensitivitas, yang menyoroti tantangan yang dihadapi oleh banyak generasi muda yang bingung antara menghormati tradisi budaya mereka dan menentukan jalan mereka sendiri.
Dampak ekspektasi orang tua terhadap hubungan dan pilihan Liza menjadi fokus utama buku ini. Perjalanan Liza ditandai dengan perjuangannya menyeimbangkan cita-citanya dengan keinginan ibunya. Hal ini dapat dirasakan oleh siapa saja yang pernah merasakan tekanan untuk memenuhi ekspektasi dan impian orang tuanya. Saat dia menjelajahi kompetisi membuat kue dan ketertarikannya yang semakin besar terhadap James, salah satu kontestan, pembaca menyaksikan konflik internal yang dia hadapi. Hubungannya yang berkembang dengan keluarga, teman, dan calon pelamar dibentuk oleh upayanya untuk menegaskan hak memilihnya sendiri sambil menghormati warisan budayanya.)
THE FAVORITES
■Writing style: The book's writing style is refreshingly easy to understand and follow. This quality makes it stand out, especially in comparison to other books on my current reading list. The author's storytelling is immersive and keeps readers engaged, providing a smooth and enjoyable reading experience. This accessibility ensures that the story can be appreciated by a wide range of readers, including those who may not be native English speakers.
■Food descriptions: Food and baking take center stage in the narrative. The vivid descriptions of delicious treats throughout the story not only tantalize the taste buds but also serve as a delightful backdrop to the romance and character development. This culinary element adds depth and richness to the storytelling, making it a treat for food enthusiasts and those who appreciate the role of food in storytelling.
■Friendship: The friendship between Liza and Grace is a standout feature of the book. Their relationship is portrayed with authenticity and warmth, free from the drama or rivalry often seen in young adult romances. Instead, it emphasizes the importance of support, understanding, and solidarity among female friends. This positive portrayal of female friendship serves as a heartwarming and relatable aspect of the narrative.
■Unique conflict: A Taste for Love diverges from the typical conflicts found in young adult romances. Instead of girls fighting or betraying each other, the story emphasizes mutual support among female characters. This refreshing approach promotes a sense of camaraderie and empowerment. Besides, the intricate conflicts that often are associated with female gender, is presented by male characters in this book, showing that despite their genders everyone might have this kind of conflict in their lives.
■Relatable mother-daughter dynamics: One of the book's core strengths lies in its exploration of the complex mother-daughter relationship between Liza and her mother. The portrayal of parental expectations, cultural traditions, and generational gaps is relatable to many readers. Liza's struggles to balance her own aspirations with her mother's desires provide a rich emotional depth to the narrative.
(■Gaya Penulisan: Gaya penulisan buku ini sangat mudah dipahami dan diikuti. Kualitas ini membuatnya menonjol, terutama dibandingkan dengan buku-buku lain dalam daftar bacaan aku. Pengisahan cerita yang mendalam membuat pembaca tetap terlibat, yang memberikan pengalaman membaca yang lancar dan menyenangkan. Aksesibilitas ini memastikan bahwa cerita ini dapat diapresiasi oleh banyak pembaca, termasuk mereka yang mungkin bukan penutur asli bahasa Inggris.
■Deskripsi makanan: Makanan dan kue menjadi pusat perhatian dalam narasi. Deskripsi yang jelas tentang suguhan lezat di sepanjang cerita tidak hanya menggoda selera tetapi juga menjadi latar belakang yang menyenangkan untuk kisah romance dan pengembangan karakter. Elemen kuliner ini menambah kedalaman dan kekayaan penceritaan, yang menjadikannya suguhan bagi para penggemar makanan dan mereka yang mengapresiasi peran makanan dalam cerita.
■Persahabatan: Persahabatan antara Liza dan Grace adalah fitur menonjol dari buku ini. Hubungan mereka digambarkan dengan ketulusan dan kehangatan, bebas dari drama atau persaingan yang sering terlihat dalam kisah YA romance. Sebaliknya, bagian ini menekankan pentingnya dukungan, pengertian, dan solidaritas di antara para perempuan. Penggambaran positif dari persahabatan perempuan ini berfungsi sebagai aspek narasi yang menghangatkan hati dan relatable.
■Konflik unik: Konflik A Taste for Love berbeda dengan konflik-konflik khas yang terdapat dalam buku YA romance. Alih-alih para karakter perempuan berkelahi atau mengkhianati satu sama lain, cerita ini menekankan rasa saling mendukung di antara karakter-karakter perempuan. Pendekatan yang menyegarkan ini meningkatkan kesan persahabatan dan pemberdayaan. Selain itu, konflik yang rumit yang umumnya diasosiasikan dengan perempuan, dalam buku ini disajikan oleh karakter laki-laki, yang menunjukkan bahwa terlepas dari gendernya semua manusia bisa memiliki konflik rumit dalam kehidupan mereka.
■Dinamika ibu-anak yang relatable: Salah satu kekuatan inti buku ini terletak pada eksplorasi hubungan ibu-anak yang kompleks antara Liza dan ibunya. Penggambaran ekspektasi orang tua, tradisi budaya, dan kesenjangan generasi dapat dipahami oleh banyak pembaca. Perjuangan Liza untuk menyeimbangkan impiannya dengan keinginan ibunya memberikan kedalaman emosional yang kaya pada narasinya.)
CONCLUSION
A Taste for Love presents a delightful modern retelling of Pride and Prejudice that adds a unique twist to the classic tale. With its accessible writing style, the book is a quick and engaging read. The story beautifully weaves in themes of parental expectations and cultural traditions, highlighting the impact of these on the protagonist, Liza, and her relationships. The delectable descriptions of food and baking throughout the narrative leave readers craving both sweets and heartwarming moments. What truly shines in this YA romance is the refreshing portrayal of strong female friendships, with Liza and Grace supporting each other in a genre often marked by conflict between girls. Furthermore, the relatable dynamics between Liza and her mother offer an authentic exploration of family dynamics and the pursuit of one's dreams. A Taste for Love ultimately delivers a heartwarming and relatable story that's sure to leave readers with a smile and perhaps a craving for some sweet treats.
(A Taste for Love menghadirkan penceritaan kembali Pride and Prejudice yang modern dan menyenangkan, yang menambahkan sentuhan unik pada kisah klasik ini. Dengan gaya penulisan yang mudah dipahami, buku ini mudah dibaca dengan cepat dan menarik. Kisah ini terjalin dengan indah dalam tema ekspektasi orang tua dan tradisi budaya, yang menyoroti dampaknya terhadap protagonis, Liza, dan hubungannya. Deskripsi lezat tentang makanan dan kue di sepanjang narasi membuat pembaca menginginkan makanan manis dan momen yang heartwarming. Hal yang menonjol dalam kisah YA romance ini adalah gambaran menyegarkan dari persahabatan yang kuat para karakter perempuan, dengan Liza dan Grace yang saling mendukung dalam genre yang sering ditandai dengan konflik antar perempuan. Lebih jauh lagi, dinamika yang berhubungan antara Liza dan ibunya menawarkan eksplorasi otentik tentang dinamika keluarga dan upaya mengejar impian seseorang. A Taste for Love pada akhirnya menyajikan kisah yang heartwarming dan menarik yang pasti akan membuat pembaca tersenyum dan menginginkan camilan manis.)
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.