Mata di Tanah Melus by Okky Madasari | Book Review

 


Mata di Tanah Melus adalah novel anak karya Okky Madasari. Ceritanya mengenai Matara, seorang anak perempuan yang terpesona oleh kisah petualangan neneknya. Orangtuanya, keduanya penulis, sering asyik dengan dunia mereka sendiri, yang sering menyebabkan pertengkaran rumah tangga. Suatu hari, ibu Mata mengajaknya jalan-jalan ke Belu, sebuah daerah terpencil di Indonesia. Selama perjalanan, mereka mengalami kecelakaan dan diperingatkan akan bahaya di Belu. Mata kemudian terpisah dari ibunya di tanah misterius yang dihuni oleh orang Melus, penduduk asli Belu. Di sana, dia memulai serangkaian petualangan fantastik dan imajinatif, menjelajahi daratan, bertemu dewa, makhluk ajaib, dan kerajaan kupu-kupu. Novel ini merangkai tema-tema pelestarian lingkungan, kritik sosial, dan eksplorasi budaya sekaligus menggambarkan persahabatan antara Mata dan anak laki-laki Melus bernama Atok. Melalui perjalanannya, Mata menemukan pentingnya melestarikan alam, membela keadilan, dan belajar dari kearifan budaya asli.

(Mata di Tanah Melus is a children's novel written by Okky Madasari. The story follows Matara, a young girl fascinated by her grandmother's adventurous tales. Her parents, both writers, often engrossed in their own worlds, lead to frequent household arguments. One day, Mata's mother takes her on a journey to Belu, a remote region in Indonesia. During their trip, they encounter an accident and are warned of the dangers in Belu. Later Mata finds herself separated from her mother in a mysterious land inhabited by the Melus people, the indigenous inhabitants of Belu. There, she embarks on a series of fantastical and imaginative adventures, exploring the land, encountering gods, magical creatures, and the kingdom of butterflies. The novel weaves themes of environmental conservation, social critique, and cultural exploration while portraying the bond between Mata and a Melus boy named Atok. Through her journey, Mata discovers the importance of preserving nature, standing up for justice, and learning from the wisdom of indigenous cultures.)

 

BOOK INFORMATION

Title                       : Mata di Tanah Melus

Author                  : Okky Madasari

Publisher             : Gramedia Pustaka Utama   

Language             : Indonesian

Length                  : 192 pages

Released               : January 22, 2018

Read                      : August 2 - 3, 2023

GR Rating              : 3.87

My rating               : 4.00

 

BOOK REVIEW

Mata di Tanah Melus adalah kisah petualangan yang merangkai berbagai tema, mulai dari kritik terhadap norma sosial dan sistem pendidikan hingga kesadaran lingkungan dan apresiasi terhadap budaya asli. Gaya bercerita Okky Madasari membawa pembaca dalam perjalanan ajaib, penuh dengan nilai-nilai progresif dan eksplorasi mendalam tentang dinamika keluarga, persahabatan, dan empati.

Tema petualangan menjadi inti cerita, saat Matara memulai perjalanan ke daerah terpencil Belu. Pembaca dibawa ke dunia keajaiban, di mana makhluk ajaib dan cerita rakyat yang menawan menjadi hidup. Gaya penulisan imajinatif Okky Madasari mengirim pembaca ke dunia yang terasa asing sekaligus familiar, yang memberikan pengalaman membaca yang unik.

Mata di Tanah Melus merupakan kritik terhadap norma sosial dan sistem pendidikan konservatif. Melalui kacamata Matara, penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah pikiran tentang metode pengajaran tradisional yang terdapat di sekolah negeri. Buku ini mendorong pembaca untuk mempertanyakan keefektifan pendidikan yang berfokus pada hafalan dan mendukung pendekatan yang lebih progresif dan berorientasi pada pemikiran kritis.

Sepanjang narasi, nilai-nilai progresif dimunculkan, yang menekankan pentingnya kebebasan, keadilan, dan kesadaran lingkungan. Novel ini menyampaikan pesan yang kuat tentang perlunya melindungi alam dan keseimbangan antara manusia dan hewan. Kesadaran lingkungan ini berfungsi sebagai pengingat akan tanggung jawab kita untuk melestarikan planet ini untuk generasi mendatang.

Apalagi, Mata di Tanah Melus dengan indah menggambarkan apresiasi terhadap budaya asli, khususnya masyarakat Melus di Belu. Buku ini menunjukkan tradisi dan sejarah mereka, yang menumbuhkan pemahaman dan rasa hormat terhadap latar belakang budaya yang beragam.

Hubungan keluarga juga dieksplorasi dalam novel ini dengan fokus pada dinamika Matara dengan orang tuanya. Penggambaran konflik rumah tangga dan pengaruhnya terhadap Matara menambah kedalaman karakter dan perjalanannya, membuatnya relatable di mata pembaca.

Persahabatan dan empati tergambar dengan indah dalam hubungan Matara dengan Atok, anak laki-laki dari masyarakat adat Melus. Persahabatan mereka melampaui perbedaan budaya, yang menyoroti nilai pengertian dan kepedulian terhadap orang lain.

(Mata di Tanah Melus is an adventure tale that weaves together various themes, ranging from critique of social norms and education systems to environmental awareness and appreciation for indigenous cultures. Okky Madasari's storytelling takes readers on a magical journey, filled with progressive values and insightful explorations of family dynamics, friendship, and empathy.

The adventure theme is at the heart of the story, as Matara embarks on a journey to the remote land of Belu. Readers are transported to a world of wonder, where magical creatures and captivating folklore come alive. Okky Madasari's imaginative narrative immerses readers in a realm that feels both foreign and familiar, providing a unique reading experience.

Mata di Tanah Melus is a critique of social norms and the conservative education system. Through the eyes of Matara, the author raises thought-provoking questions about the traditional teaching methods found in public schools. The book encourages readers to question the effectiveness of memorization-focused education and advocates for a more progressive and critical-thinking-oriented approach.

Throughout the narrative, progressive values shine through, emphasizing the importance of freedom, justice, and environmental awareness. The novel conveys a strong message about the need to protect nature and the delicate balance between humans and animals. This environmental awareness serves as a reminder of our responsibility to preserve the planet for future generations.

Moreover, Mata di Tanah Melus beautifully portrays an appreciation for indigenous cultures, specifically the Melus people of Belu. The book shows their traditions and history, fostering an understanding and respect for diverse cultural backgrounds.

Family relationships are also explored in the novel, with a focus on Matara's dynamic with her parents. The portrayal of marital conflicts and their impact on Matara adds depth to her character and journey, making her relatable to readers.

Friendship and empathy are beautifully depicted in Matara's relationship with Atok, a boy from the indigenous Melus community. Their friendship transcends cultural differences, highlighting the value of understanding and caring for others.)

 

WHAT I LOVE

■Petualangan imajinatif di tanah misterius Belu: Novel ini membawa kita dalam perjalanan ke tanah terpencil Belu, tempat makhluk ajaib dan cerita rakyat hidup kembali. World building yang imajinatif dan petualangan Matara menambah rasa takjub pada cerita.

■Citarasa lokal dan eksplorasi budaya suku Melus: Penggambaran budaya dan tradisi Melus dalam buku ini memberikan perspektif unik tentang cerita rakyat dan warisan Indonesia. Apresiasi terhadap budaya asli dalam buku ini menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang keragaman budaya yang kaya, yang membuat cerita terasa otentik dan kaya.

■Nilai progresif dan kritik sosial: Penekanan novel pada nilai-nilai progresif, seperti kebebasan, keadilan, dan pemikiran kritis, sangat aku suka. Hal ini menantang sistem pendidikan konservatif dan metode pengajaran tradisional, yang mendorong pembaca untuk mempertanyakan norma-norma yang ditetapkan dan mempertimbangkan pendekatan pembelajaran yang lebih terbuka dan empatik.

■Pesan kesadaran lingkungan: Tema kesadaran lingkungan di buku ini menyoroti pentingnya melestarikan alam dan keseimbangan antara manusia dan hewan. Pesan ini berfungsi sebagai pengingat yang kuat akan tanggung jawab kita untuk melindungi planet ini dan memupuk kesadaran lingkungan.

(■Imaginative adventure in the mysterious land of Belu: The novel takes us on a journey to the remote land of Belu, where magical creatures and folklore come to life. The imaginative world-building and Matara's adventures add a sense of wonder and excitement to the story.

■Local flavor and cultural exploration of Melus people: The book's portrayal of Melus culture and traditions provides a unique perspective on Indonesian folklore and heritage. The appreciation for indigenous cultures fosters a deeper understanding of the country's diversity and rich culture, making the story feel authentic and enriching.

■Progressive values and social critique: The novel's emphasis on progressive values, such as freedom, justice, and critical thinking, strikes a chord with you. It challenges the conservative education system and traditional teaching methods, encouraging readers to question established norms and embrace a more open-minded and empathetic approach to learning.

■Environmental awareness message: The book's environmental awareness theme highlights the importance of preserving nature and the delicate balance between humans and animals. This message serves as a powerful reminder of our responsibility to protect the planet and fosters a sense of environmental consciousness.)

 

WHAT I DISLIKE

■Representasi usia yang tidak realistis: Menurutku perilaku dan tindakan Matara dalam buku ini kurang sesuai dengan perilaku anak berusia 12 tahun. Aku merasa tindakannya lebih cocok untuk anak berusia lebih muda, seperti anak-anak di kelas 3 atau 4. 

■Pacing dan plot development: Buku ini dimulai dengan lambat, dan beberapa bagian tidak memiliki elemen petualangan dan menarik yang diharapkan dalam novel fantasi. Selain itu, pengembangan plot terasa terlalu mendadak, dengan beberapa kejadian terasa terburu-buru dan diselesaikan terlalu cepat.

(■Unrealistic age representation: I felt Matara's behavior and actions in the book did not align with the typical behavior of a 12-year-old. I found her actions more fitting for a younger age group, such as children in grades 3 or 4. 

■Pacing and plot development: The book started slowly, and some parts may have lacked the adventurous and engaging elements expected in a fantasy novel. Additionally, the plot development was too abrupt, with some events feeling rushed and resolved too quickly.)

 

CONCLUSION

Mata di Tanah Melus adalah bacaan yang menyenangkan dan kaya yang memadukan tema petualangan, kritik sosial, dan nilai-nilai progresif. Narasi Okky Madasari mengirim pembaca dalam dunia imajinatif sambil mendorong mereka untuk merenungkan norma-norma sosial, tanggung jawab seputar lingkungan, dan pentingnya empati dan keterbukaan pikiran. Buku ini bukan hanya sebuah perjalanan yang mengasyikkan tetapi juga seruan yang kuat untuk merangkul keragaman dan menumbuhkan pemikiran kritis dalam menciptakan dunia yang lebih baik.

(Mata di Tanah Melus is a delightful and enriching read that blends adventure, social critique, and progressive themes. Okky Madasari's narrative sends readers to an imaginative world while prompting them to reflect on societal norms, environmental responsibilities, and the importance of empathy and open-mindedness. This book is not only an exciting journey but also a powerful call for embracing diversity and fostering critical thinking in the pursuit of a better world.)

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.