The War That Saved My Life by Kimberly Brubaker Bradley | Book Review

 

the war that saved my life review english

(This book review will be in English and Indonesian, so it's longer than usual. Review buku ini dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, sehingga lebih panjang dari biasanya.)


Set against the backdrop of World War II, this historical fiction novel unravels the extraordinary story of Ada, a young girl whose life is forever altered when she escapes her abusive mother during the bombings of London. Struggling with her physical disability and the emotional scars of her past, Ada embarks on an awe-inspiring journey of self-discovery, finding solace, strength, and a newfound sense of belonging.

(Berlatar belakang Perang Dunia II, novel fiksi sejarah ini mengungkap kisah luar biasa Ada, seorang anak perempuan yang hidupnya berubah selamanya ketika dia melarikan diri dari ibunya yang kejam selama pengeboman London. Berjuang dengan kekurangan fisiknya dan bekas luka emosional dari masa lalunya, Ada memulai perjalanan penemuan jati diri yang menakjubkan, menemukan penghiburan, kekuatan, dan menjadi bagian dari sesuatu yang baru.)

Bradley's clever storytelling and richly developed characters have earned The War That Saved My Life widespread acclaim and an enduring place in the hearts of readers across the globe. The novel delves deep into themes of resilience, family, identity, and the enduring human spirit, leaving readers spellbound and inspired by Ada's remarkable journey of survival and growth.

(Bradley dengan cerdik mengemas kisah dan karakter yang berkembang, dan membuat The War That Saved My Life mendapat pengakuan luas dan tempat di hati pembaca di seluruh dunia. Novel ini menggali jauh tema keteguhan, keluarga, identitas, dan ketabahan hati, membuat pembaca terpesona dan terinspirasi oleh perjalanan untuk bertahan hidup dan perkembangan Ada yang luar biasa.)

In this blog post, we will dive into the profound impact of Bradley's work, exploring the themes, symbolism, and powerful lessons that have made The War That Saved My Life a beloved and transformative literary treasure.

(Dalam blog post ini, kita akan menyelami dampak dari karya Bradley, mengeksplorasi tema, simbolisme, dan pelajaran kuat yang telah menjadikan The War That Saved My Life sebagai kekayaan sastra yang dicintai dan transformatif.)


BOOK INFORMATION

Title                         : The War That Saved My Life

Author                     : Kimberly Brubaker Bradley

Translator                : Maicel Andrea

Language                 : Indonesian

Publisher                  : Elex Media Komputindo

Length                     : 247 pages

Goodreads rating    : 4.49

My rating                : 4.50


PHYSICAL BOOK REVIEW

This translated edition is one of my favorites in terms of its design and content. The publisher has paid meticulous attention to every detail, ensuring that readers have a comfortable reading experience. The font type, size and spacing are perfectly chosen, allowing for easy readability without straining the eyes. The binding style and choice of paper give it a delightful floppy paperback feel, making it comfortable to open, to hold and to annotate on. The translation itself is seamlessly capturing the essence and nuances of the original language which is told from the perspective of a young main character, making it an enjoyable and natural read for readers of all backgrounds especially for middle grade and young adult ones. To top it all off, the book comes with a charming bookmark, adding a convenience for reading experience. 

(Edisi terjemahan ini adalah salah satu favoritku dalam hal desain dan isi. Penerbit telah memberikan perhatian cermat pada detail buku ini untuk memastikan bahwa pembaca memiliki pengalaman membaca yang nyaman. Jenis font, ukuran, dan spasi dipilih dengan sempurna, sehingga mudah dibaca tanpa membuat mata lelah. Penjilidan dan jenis kertas yang digunakan menjadikan buku ini floppy membuatnya nyaman untuk dibuka, dipegang, dan diberi anotasi. Terjemahannya sendiri menangkap esensi dan nuansa bahasa aslinya dengan baik yang diceritakan dari sudut pandang karakter utama yang berusia muda, menjadikannya bacaan yang menyenangkan dan alami untuk pembaca dari semua latar belakang terutama untuk pembaca middle grade dan young adult. Melengkapi semuanya, buku ini dilengkapi dengan bookmark yang cantik yang menambah kenyamanan pengalaman membaca.)


CONTENT WARNINGS

- Child abuse and neglect: The story explores the protagonist Ada's experience of enduring abuse and neglect at the hands of her mother. This includes physical and emotional mistreatment, as well as neglect of basic needs.

- War-related themes: The book is set during World War II, and while it doesn't delve into graphic violence, it does address the impact of war on characters' lives. There are references to bombings, air raids, and the general upheaval and uncertainty of wartime.

- Ableism and disability: Ada's physical disability, her clubfoot, is a significant aspect of her character and the challenges she faces. The book portrays societal discrimination and ableist attitudes towards individuals with disabilities.

- Emotional and psychological trauma: Ada's experiences of abuse and neglect have lasting emotional and psychological effects. The book explores her journey of healing and growth, but it also depicts the trauma she carries.

(- Pelecehan dan penelantaran anak: Cerita ini mengeksplorasi pengalaman protagonis bernama Ada yang mengalami pelecehan dan penelantaran oleh ibunya, termasuk penganiayaan fisik dan emosional, serta pengabaian kebutuhan dasar sebagai anak.

- Tema terkait perang: Buku ini berlatarkan Perang Dunia II, dan meskipun tidak membahas kekerasan secara grafis, buku ini membahas dampak perang terhadap kehidupan karakternya. Ada penyebutan mengenai pengeboman, serangan udara, dan pergolakan menyeluruh serta ketidakpastian masa perang.

- Penyandang disabilitas dan diskriminasi: Kekurangan fisik pada Ada, yaitu kaki pekuknya merupakan aspek penting dari karakter ini dan tantangan yang dia hadapi. Buku ini menggambarkan diskriminasi masyarakat terhadap individu penyandang disabilitas.

- Trauma emosional dan psikologis: Pengalaman pelecehan dan pengabaian yang dialami Ada memiliki efek emosional dan psikologis yang bertahan lama. Buku ini tidak hanya mengeksplorasi perjalanan penyembuhan dan pertumbuhannya, tetapi juga menggambarkan trauma yang dibawanya.)


WHAT IS THIS BOOK ABOUT?

The War That Saved My Life by Kimberly Brubaker Bradley is a historical fiction novel set during World War II. The story revolves around a young girl named Ada, who lives in London with her abusive mother and her younger brother Jamie. Due to her clubfoot, Ada has been imprisoned in their small apartment her entire life and has never experienced the outside world.

When the bombings of London begin, children are being evacuated to the countryside for their safety. Ada takes the opportunity to escape her mother's cruelty and sneaks out with Jamie to join the other children. They end up in a small village called Kent, where they are taken in by Susan Smith, a reluctant caretaker.

(The War That Saved My Life oleh Kimberly Brubaker Bradley adalah novel fiksi sejarah yang berlatar saat Perang Dunia II. Ceritanya mengenai seorang gadis muda bernama Ada, yang tinggal di London bersama ibunya yang kejam dan adik laki-lakinya Jamie. Karena kaki pekuknya, Ada telah dikurung di apartemen kecil mereka sepanjang hidupnya dan tidak pernah melihat dunia luar.

Ketika pengeboman London dimulai, anak-anak dievakuasi ke pedesaan demi keselamatan mereka. Ada mengambil kesempatan untuk melarikan diri dari kekejaman ibunya dan menyelinap keluar bersama Jamie untuk bergabung dengan anak-anak lainnya. Mereka akhirnya sampai di sebuah desa kecil bernama Kent, di mana mereka bertemu Susan Smith, yang mengaku tidak mau mengasuh mereka.)


THE WAR THAT SAVED MY LIFE BOOK REVIEW

The reason I decided to read this book was to participate in the Neverland Bookclub's readalong on March. Typically, I tend to avoid historical fiction, particularly those centered around war themes and the hardships that accompany people's lives during such tumultuous periods. However, this book stood out from the rest. It offered more than just tales of struggle and challenges, it carried powerful messages of hope and support. The story showcases resilience and the indomitable will to overcome even the darkest of times. It reminded me that amidst the chaos and despair, there is always a glimmer of hope.

(Aku membaca buku ini untuk berpartisipasi dalam Baca Bareng Neverland Bookclub bulan Maret. Biasanya, aku  menghindari fiksi sejarah, terutama yang berpusat pada tema perang dan kesulitan yang menyertai kehidupan orang-orang selama periode penuh gejolak tersebut. Namun, buku ini berbeda. Buku ini menceritakan lebih dari sekadar kisah perjuangan dan tantangan, namun juga pesan yang kuat tentang harapan dan support. Kisah di buku ini berhasil menampilkan ketangguhan dan kemauan yang gigih untuk mengatasi saat-saat tergelap sekalipun. Buku ini mengingatkan aku bahwa di tengah kekacauan dan keputusasaan, selalu ada secercah harapan.)

Kimberly Brubaker Bradley captures the essence of resilience through the story of Ada, a young girl whose life takes an unexpected turn amidst the chaos of World War II.Ada's journey begins with her escape from her abusive mother, who had imprisoned her to a small London apartment due to her clubfoot. As she ventures into the unknown, seeking refuge in the countryside, Ada's physical disability becomes a metaphor for the emotional and psychological confinement she has endured throughout her life. It is through her newfound freedom that Ada embarks on a remarkable journey of self-discovery and healing.

(Kimberly Brubaker Bradley menceritakan esensi keteguhan hati melalui kisah Ada, seorang anak perempuan yang hidupnya berubah secara tak terduga di tengah kekacauan Perang Dunia II. Perjalanan Ada dimulai dengan pelariannya dari ibunya yang kejam, yang telah memenjarakannya di apartemen kecil mereka di London  karena kaki pekuknya. Ada berkelana ke tempat yang tidak diketahui, mencari perlindungan di pedesaan. Kekurangan fisik Ada menjadi metafora pengungkungan emosional dan psikologis yang dia alami sepanjang hidupnya. Melalui kebebasan yang baru dia temukan, Ada memulai perjalanan penemuan jati diri dan penyembuhan yang luar biasa.)

 

WRITING STYLE

Bradley's writing draws readers into Ada's world, allowing them to witness her transformation firsthand. She skillfully uses descriptive language to paint vivid images and create a strong sense of time and place. She describes the settings, characters, and emotions with detail, allowing readers to visualize scenes and empathize with the characters' experiences.

The dialogue in the book is authentic and engaging, capturing the voices and personalities of the characters. Through their conversations, readers gain insight into their thoughts, emotions, and relationships. The dialogue also contributes to the pacing of the story, adding depth and dynamics to the narrative.

Her writing style delves into the emotional depth of the characters, allowing readers to connect with their experiences naturally. The language used in this novel conveys the characters' pain, fear, joy, and growth, eliciting empathy and creating a strong emotional resonance.

The narrative voice in the book strikes a balance between conveying the thoughts and perspectives of the main character, Ada, and providing an objective view of the events. This balanced narration helps readers understand Ada's inner struggles while maintaining an overall understanding of the broader story.

Bradley's writing style contributes to the pacing and plot development, keeping readers engaged and invested in the story. The narrative unfolds in a way that reveals key information gradually and maintaining reader interest. Throughout the book, Bradley incorporates poignant reflections and insights that offer deeper understanding and provoke thought. These moments of introspection provide a window into the characters' inner lives and add layers of meaning to the story.

(Gaya penulisan Bradley mampu menarik pembaca ke dunia Ada, memungkinkan mereka untuk menyaksikan perubahan secara langsung. Beliau menggunakan bahasa deskriptif untuk melukiskan gambaran yang terkesan nyata dan menceritakan latar waktu dan tempat dengan sangat baik. Beliau juga menggambarkan latar, karakter, dan emosi dengan detail, memungkinkan pembaca untuk memvisualisasikan adegan dan berempati dengan pengalaman karakternya.

Dialog dalam buku ini terasa otentik dan menarik yang menangkap suara dan kepribadian para karakternya. Melalui percakapan mereka, pembaca mendapatkan wawasan tentang pikiran, emosi, dan hubungan mereka. Dialog dalam buku ini juga berkontribusi pada tempo cerita, menambah detail dan dinamika cerita.

Gaya penulisan tersebut juga menggali kedalaman emosional karakter, memungkinkan pembaca untuk terhubung dengan pengalaman mereka secara alami. Bahasa yang digunakan dalam novel ini mampu menyampaikan rasa sakit, ketakutan, kegembiraan, dan perkembangan karakter, sehingga dapat memunculkan empati dan menciptakan gelombang emosional yang kuat.

Narasi dalam buku ini memberikan keseimbangan antara penyampaian pemikiran dan perspektif karakter utama, dan memberikan pandangan objektif tentang peristiwa tersebut. Narasi yang seimbang ini membantu pembaca memahami pepeperangan batin yang dialami Ada sambil mempertahankan pemahaman keseluruhan tentang cerita yang lebih luas.

Gaya penulisan Bradley ini berkontribusi pada tempo dan pengembangan plot, membuat pembaca tetap terlibat dan ingin melanjutkan membaca halaman selanjutnya dengan mengungkapkan informasi kunci secara bertahap untuk menjaga minat pembaca. Di sepanjang buku ini, Bradley menggabungkan pemikiran yang menyentuh dan pengetahuan yang memberikan pemahaman yang lebih dalam dan mengajak pembaca untuk merenung. Momen introspeksi ini membuka jendela ke dalam hati dan pikiran karakter yang memperkaya cerita.)

 

THEMES

The novel explores themes of family and identity, illuminating the idea that true kinship is not necessarily bound by blood but through love, compassion, and shared experiences. Ada's journey involves discovering her true identity and understanding the meaning of family. She experiences a profound transformation as she forms a bond with Susan, who becomes a mother figure to her. The novel dives into the idea that family is not solely defined by blood but also by the love and support we receive.

Ada's physical disability and her emotionally abusive relationship with her mother highlight the theme of overcoming adversity. Through perseverance, determination, and the support of others, Ada learns to confront and overcome the challenges she faces, proving that even in the darkest times, one can find hope and strength.

This novel also explores the power of friendship and the impact of positive relationships. Ada forms friendships with other characters and finds solace and support in these connections.

Ada's journey also involves self-discovery and acceptance of herself. Through her experiences in Kent, she learns to value herself, confront her insecurities and doubts, and embrace her own worthiness. The novel emphasizes the importance of self-acceptance and self-love in personal growth.

(Novel ini mengeksplorasi tema keluarga dan identitas, mengangkat gagasan bahwa kekeluargaan sejati tidak harus terikat oleh darah tetapi melalui cinta, kasih sayang, dan pengalaman bersama-sama. Perjalanan Ada melibatkan penemuan jati dirinya yang sebenarnya dan memahami arti keluarga. Dia mengalami perubahan mendalam saat dia membentuk ikatan dengan Susan, yang menjadi sosok ibu baginya. Novel ini menyelami gagasan bahwa keluarga tidak hanya ditentukan oleh darah tetapi juga oleh cinta dan dukungan yang kita terima.

Kekurangan fisik Ada dan hubungannya yang tidak sehat dengan ibunya menyoroti tema tentang menghadapi kesulitan. Melalui ketekunan, tekad, dan dukungan karakter lain, Ada belajar untuk menghadapi dan mengatasi tantangan yang dihadapinya, membuktikan bahwa bahkan di masa tergelap pun, seseorang dapat menemukan harapan dan kekuatan.

Novel ini juga mengeksplorasi kekuatan persahabatan dan dampak dari hubungan yang positif. Ada menjalin persahabatan dengan karakter lain dan menemukan penghiburan dan dukungan dalam hubungan ini.

Perjalanan Ada juga melibatkan penemuan jati diri dan penerimaan akan dirinya sendiri. Melalui pengalamannya di Kent, dia belajar untuk menghargai dirinya sendiri, menghadapi ketidakamanan dan keraguannya, dan merangkul kekurangan diri sendiri. Novel ini menekankan pentingnya penerimaan diri dan cinta dalam self-growth.)


WHAT I'VE LEARNED FROM THIS BOOK

- This novel teaches us the power of resilience and the ability to overcome adversity. Ada's journey demonstrates that even in the face of challenging circumstances and traumatic experiences, it is possible to find strength, grow, and build a better life.

- This book emphasizes the significance of supportive relationships in our lives. Ada finds solace and support through her bond and the friendships she forms with other characters. It highlights the transformative impact that caring relationships can have on our well-being and personal growth.

- Ada's story illustrates the importance of self-acceptance and recognizing one's self-worth. She learns to overcome her insecurities and embraces her own value as she discovers her abilities and finds love and acceptance within her new family. The lesson here is that embracing our true selves and recognizing our worthiness is crucial for personal growth and happiness.

- Ada discovers the transformative power of education and knowledge by learning to read and expanding her horizons to open up new possibilities, empowering her to navigate the world and shape her own future. The novel emphasizes the importance of education as a tool for personal liberation and empowerment.

- The story highlights the ability to find beauty and joy even in the midst of difficult circumstances. Ada's experiences in the village of Kent, her connection with other characters, and her newfound freedoms allow her to appreciate the simple pleasures of life. It serves as a reminder to cherish the small moments of happiness that can bring light to challenging times.

(- Novel ini mengajarkan kita kekuatan keteguhan dan kemampuan untuk mengatasi kesulitan. Perjalanan Ada menunjukkan bahwa bahkan dalam menghadapi keadaan yang menantang dan pengalaman traumatis sangatlah mungkin bagi kita untuk menemukan kekuatan, untuk tumbuh, dan membangun kehidupan yang lebih baik.

- Buku ini menekankan pentingnya hubungan yang suportif dalam hidup kita. Ada menemukan penghiburan dan dukungan melalui ikatan dan persahabatan yang dia bentuk dengan karakter lain. Hal ini menyoroti dampak transformatif dari hubungan yang sehat terhadap kesehatan dan perkembangan pribadi kita.

- Kisah Ada mengilustrasikan pentingnya penerimaan diri dan pengakuan harga diri seseorang. Dia belajar untuk mengatasi rasa tidak amannya dan merangkul diri sendiri dan menemukan cinta dan penerimaan dalam keluarga barunya. Pelajaran yang dapat kita ambil di sini adalah bahwa menerima diri sendiri dan mengetahui bahwa kita layak mendapatkan sesuatu sangat penting untuk pertumbuhan dan kebahagiaan pribadi.

- Ada menemukan kekuatan transformatif dari pendidikan dan pengetahuan dengan belajar membaca dan memperluas wawasannya untuk membuka kemungkinan baru, membuatnya bisa menjelajahi dunia dan membentuk masa depannya sendiri. Novel ini menekankan pentingnya pendidikan sebagai alat untuk pembebasan dan pemberdayaan diri.

- Cerita ini menonjolkan kemampuan untuk menemukan keindahan dan kegembiraan bahkan di tengah keadaan yang sulit. Pengalaman Ada di Kent, hubungannya dengan karakter lain, dan kebebasan barunya membuatnya menghargai kesenangan hidup yang sederhana. Hal ini adalah pengingat untuk menghargai saat-saat kita bahagia dengan hal-hal kecil yang dapat menerangi masa-masa sulit.)


HOW PARENTING STYLE AFFECTS SOMEONE

The War That Saved My Life reminds readers of the profound impact that parental figures and nurturing relationships can have on a child's growth and well-being. It explores the significance of support, encouragement, and the healing power of love in shaping one's identity and overcoming past traumas.

Ada's upbringing and her mother's parenting style have a significant impact on her development and well-being. Ada's mother is emotionally abusive, neglectful, and restricts her physically due to her clubfoot. This parenting style profoundly affects Ada in some ways:

- Low self-esteem: Ada grows up with a deeply ingrained sense of worthlessness and self-doubt. Her mother constantly belittles and devalues her, which leads Ada to internalize these negative messages about herself. She struggles with feelings of shame, believing she is unworthy of love and care.

- Emotional and physical restriction: Ada's mother keeps her imprisoned in their small apartment due to her clubfoot, denying her the freedom to explore the world outside. This imprisonment isolates Ada from social interactions and opportunities for personal growth. Her limited experiences contribute to a lack of confidence and a narrow view of her own capabilities.

- Fear and trauma: Ada lives in constant fear of her mother's anger and abuse. The unpredictable and hostile environment she grows up in creates a constant state of anxiety and distress. This fear shapes her behaviors, causing her to be withdrawn and hesitant to trust others.

- Lack of nurturing and support: Ada's mother fails to provide the nurturing and support that a child needs for healthy development. She neglects Ada's physical and emotional needs, leaving her feeling unloved and unwanted. The absence of a nurturing parent-figure further hinders Ada's ability to form healthy relationships and build trust with others.

(The War That Saved My Life mengingatkan pembaca tentang dampak mendalam yang dapat ditimbulkan oleh figur orang tua dan bagaimana cara pengasuhan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak. Hal ini mengeksplorasi pentingnya dukungan, dorongan, dan kekuatan  cinta dalam membentuk identitas seseorang dan mengatasi trauma masa lalu.

Gaya pengasuhan yang diterima Ada dari ibunya berdampak signifikan pada perkembangan dan kesehatannya. Ibu Ada secara emosional kasar, lalai, dan membatasi kebebasan fisiknya karena kaki pekuknya. Gaya pengasuhan ini sangat memengaruhi Ada dalam beberapa hal:

- Ada tumbuh dengan perasaan dirinya tidak berharga dan keraguan diri yang tertanam kuat. Ibunya terus-menerus meremehkan dan merendahkannya, yang membuat Ada menginternalisasi pesan-pesan negatif tentang dirinya sendiri. Dia senantiasa bergulat dengan perasaan malu, percaya bahwa dia tidak layak untuk dicintai dan diperhatikan.

- Pembatasan emosional dan fisik: Ibu Ada menahannya di apartemen kecil mereka karena kaki pekuknya, mengurungnya untuk menjelajahi dunia luar. Kurungan ini mengisolasi Ada dari interaksi sosial dan peluang untuk perkembangan pribadinya. Pengalamannya yang terbatas berkontribusi pada kurangnya kepercayaan diri dan pandangan sempit tentang kemampuannya sendiri.

- Ketakutan dan trauma: Ada terus hidup dalam ketakutan akan kemarahan dan kekejaman ibunya. Lingkungan yang tidak dapat diprediksi dan penuh kebencian tempat dia tumbuh menciptakan  kecemasan dan penderitaan yang konstan. Ketakutan ini membentuk perilakunya, menyebabkan dia menarik diri dan ragu untuk mempercayai orang lain.

- Kurangnya pengasuhan dan dukungan: Ibu Ada gagal memberikan pengasuhan dan dukungan yang dibutuhkan seorang anak untuk perkembangan yang sehat. Dia mengabaikan kebutuhan fisik dan emosional Ada, membuatnya merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan. Ketiadaan sosok orang tua yang mengayomi semakin menghambat kemampuan Ada untuk menjalin hubungan yang sehat dan membangun kepercayaan dengan orang lain.)

 

WHAT I LOVE FROM THIS BOOK

- Characters: The characters in the book are well-developed and relatable, particularly Ada, whose resilience and growth throughout the story resonate with me. Ada's journey from a place of vulnerability to finding her strength and self-worth captures my heart and makes me emotionally invested in her story.

-Emotional depth: The book explores complex themes such as abuse, trauma, and personal growth, diving into the emotional depth of the characters' experiences. It portrays the raw emotions of the characters with sensitivity, allowing me as a reader to empathize and connect with their struggles and triumphs.

- Historical context: Set during World War II, the novel provides a historical backdrop that adds depth and context to the story. It captures the hardships and challenges faced by individuals during wartime, offering a glimpse of impact of war on people's lives. This historical context adds an additional layer of interest and intrigue for me.

- Themes of resilience and hope: The War That Saved My Life is a story of resilience, hope, and the transformative power of love and support. It inspires me as its reader by showcasing the strength of the human spirit and the ability to overcome adversity. The themes of resilience and hope resonate deeply with me, reminding me of the potential for growth and healing even in difficult times.

- Engaging writing style: Kimberly Brubaker Bradley's writing style is engaging and accessible, making the book accessible to readers of various ages. The narrative flows smoothly, capturing my attention from the beginning and keeping me until the end.

- Messages of empowerment and acceptance: The novel delivers important messages about self-acceptance, finding one's worth, and the significance of supportive relationships. These messages resonate with me as they inspire self-reflection and offer encouragement to embrace one's true self and seek out positive connections in life.

(- Karakter: Karakter dalam buku ini dikembangkan dengan baik dan sangat relatable untuk aku, terutama Ada, mengenai keteguhan dan perkembangannya di sepanjang cerita. Perjalanan Ada dari tempat yang rentan untuk menemukan kekuatan dan harga dirinya menarik untuk aku dan membuat aku terlibat secara emosional dalam kisahnya.

- Kedalaman emosional: Buku ini mengeksplorasi tema-tema kompleks seperti kekerasan, trauma, dan perkembangan pribadi, menyelami kedalaman emosional dari pengalaman karakternya. Buku ini menggambarkan emosi karakter secara sensitif, memungkinkan aku sebagai pembaca untuk berempati dan terhubung dengan perjuangan dan keberhasilan mereka.

- Konteks sejarah: Bersetting selama Perang Dunia II, novel ini memberikan latar belakang sejarah yang menambah kedalaman dan konteks cerita. Buku ini menggambarkan kesulitan dan tantangan yang dihadapi oleh individu selama masa perang, dan menunjukkan kilasan dampak perang terhadap kehidupan masyarakat. Konteks historis ini membuat buku ini semakin menarik buat aku.

- Tema keteguhan dan harapan: The War That Saved My Life adalah kisah keteguhan, harapan, dan kekuatan transformatif dari cinta dan dukungan. Tema ini menginspirasi aku sebagai pembacanya dengan menampilkan ketabahan hati manusia dan kemampuannya untuk mengatasi kesulitan. Tema keteguhan dan harapan ini mengingatkan aku pada potensi bahwa setiap orang bisa tumbuh, berkembang dan menjalani penyembuhan bahkan di masa-masa sulit.

- Gaya penulisan yang menarik: Gaya penulisan Kimberly Brubaker Bradley menarik dan mudah dicerna, membuat buku ini dapat diakses oleh pembaca dari berbagai usia. Narasinya mengalir lancar, menarik perhatianku dari awal sampai akhir.

- Novel ini menyampaikan pesan penting tentang penerimaan diri, betapa bernilainya keberadaan seseorang, dan pentingnya hubungan yang suportif. Pesan-pesan ini sangat relatable untuk aku karena membuat aku merenung terutama mengenai pembahasan untuk menerima diri sendiri dan menemukan hubungan positif dalam hidup.)


CONCLUSION

As we finish The War That Saved My Life, we are left with a profound appreciation for the transformative power of resilience, and the healing force of love. Kimberly Brubaker Bradley's storytelling has touched the hearts of readers, leaving a long-lasting imprint that serves as a reminder of the strength we all possess within.

Ada's journey, from the depths of abuse and restriction to the point of self-discovery and belonging, serves as an inspiration to us all. Her story reminds us that amidst the turmoil and hardships of life, there is always hope. It teaches us that despite the scars of our past, we have the ability to heal, grow, and rewrite our story.

The War That Saved My Life is not simply a book, it is an invitation for us to reflect on our own lives, to examine the barriers we have agreed, and to find the strength within ourselves to break free and embrace our true worth.

Through Ada's eyes, we are reminded of the importance of compassion, empathy, and the bonds that connect us as human beings. The novel speaks to the universal longing for love, acceptance, and a place to call home. It shows us that even in the darkest of times, a glimmer of light can guide us towards a brighter future.

In the end, this remarkable novel leaves us with a renewed sense of hope, reminding us that no matter the challenges we face, we have the power to overcome, to grow, and to create our own best story.

(Setelah menyelesaikan The War That Saved My Life, kita akan memiliki apresiasi yang mendalam atas kekuatan transformatif dari keteguhan hati, dan kekuatan cinta yang menyembuhkan. Cara Kimberly Brubaker Bradley menceritakan kisah ini telah menyentuh hati para pembaca, meninggalkan jejak yang merupakan pengingat akan kekuatan yang kita semua miliki di dalamnya.

Perjalanan Ada, dari kekejaman ibunya dan pengurungan yang dialaminya hingga titik penemuan diri dan rasa memiliki dan menjadi bagian dari keluarga baru, menjadi inspirasi bagi kita semua. Kisahnya mengingatkan kita bahwa di tengah gejolak dan kesulitan hidup, selalu ada harapan. Hal ini mengajarkan kita bahwa terlepas dari bekas luka masa lalu kita, kita memiliki kemampuan untuk sembuh, berkembang, dan menulis ulang cerita kita.

The War That Saved My Life bukan hanya sebuah buku, tapi sebuah undangan bagi kita untuk merenungkan hidup kita sendiri, untuk melihat kembali batasan apa saja yang mungkin kita buat secara tidak sadar, dan untuk menemukan kekuatan dalam diri kita untuk membebaskan diri dan merangkul diri kita yang sesungguhnya.

Melalui mata Ada, kita diingatkan akan pentingnya kasih sayang, empati, dan ikatan yang menghubungkan kita sebagai manusia. Novel ini berbicara tentang kerinduan universal akan cinta, penerimaan, dan tempat yang disebut rumah. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa bahkan di saat-saat tergelap sekalipun, secercah cahaya dapat membimbing kita menuju masa depan yang lebih cerah.

Pada akhirnya, novel yang luar biasa ini memberi kita harapan baru, mengingatkan kita bahwa apa pun tantangan yang kita hadapi, kita memiliki kekuatan untuk mengatasinya, untuk tumbuh, dan menciptakan kisah terbaik bagi diri kita sendiri.)


Photo by : lailiving/@shainalite

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.