Lonely Castle in the Mirror by Mizuki Tsujimura | Book Review




Lonely Castle in the Mirror tells the story of Kokoro Anzai, a 13-year-old girl who's been avoiding school because of bullying. One day, she finds a magical castle inside her bedroom mirror. In the castle, she meets six other teens, each facing their own challenges, and the mysterious Wolf Queen. The Wolf Queen gives them a quest: find a hidden key within a year, and the one who finds it gets a wish granted.

(Lonely Castle in the Mirror menceritakan kisah Kokoro Anzai, seorang gadis berusia 13 tahun yang tidak masuk sekolah karena di-bully. Suatu hari, dia menemukan kastil ajaib di dalam cermin kamar tidurnya. Di kastil, dia bertemu enam remaja lainnya, masing-masing menghadapi tantangannya sendiri, dan Dewi Serigala yang misterius. Dewi Serigala memberi mereka sebuah misi: menemukan kunci tersembunyi dalam waktu satu tahun, dan siapa pun yang menemukannya, permintaannya akan terkabul.)


BOOK REVIEW

Lonely Castle in the Mirror explores the challenges teenagers deal with, like bullying and feeling left out, but it goes deeper than just labels. It shows how these struggles are complex and part of everyday life for teenagers. The characters' journeys help us understand what it's like to be a teenager facing these kinds of challenges.
Friendship is important in the book. The characters find comfort and courage in each other, showing how important friends can be when life gets tough. The story shows how friendships can help you get through hard times and figure things out as a teenager.

The book also talks about mental health and how bullying affects us. It shows how being bullied can hurt your confidence and make you feel lonely. By sharing these experiences, the book helps us understand what it's like for teens dealing with mental health issues and why it's important to support each other.
There's also a lot about Japanese culture in the book, especially how bullying is seen and dealt with. The characters show us how culture affects how bullying happens and how people react to it.

Characters like Kokoro show us what it takes to reach out and make friends, even when it's scary. They show how being vulnerable and brave can lead to real connections, even when it feels like no one understands what you're going through.
The book talks about empathy too. The characters learn to understand each other's struggles and support each other, which helps them feel like they belong. It shows how important it is to be there for each other, especially when you're going through tough times.

Communication is another important theme. The characters learn to open up and share their feelings, which helps them connect with each other on a deeper level. It shows how expressing yourself honestly can strengthen friendships and break down barriers between people.

The book celebrates diversity, with characters from different backgrounds and personalities. This diversity helps us see the beauty in being different and finding common ground with others. It shows how everyone's unique experiences add to the richness of our communities.

The story also teaches us about Japanese language and customs, showing how language reflects social relationships. The characters use different language forms depending on their relationships, which helps us understand the nuances of Japanese communication.

Finally, the book ends on a hopeful note, reminding us that even when things are tough, there's always a chance for things to get better. The characters' journeys show us how resilient and capable we can be, even in the face of adversity. It leaves us with a message of hope and the power of human connection to change lives for the better.

(Lonely Castle in the Mirror mengeksplorasi tantangan yang dihadapi remaja, seperti penindasan dan perasaan tersisih, namun hal ini lebih dari sekadar label. Buku ini menunjukkan betapa perjuangan ini rumit dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari remaja. Perjalanan para karakter membantu kita memahami bagaimana rasanya menjadi remaja yang menghadapi tantangan seperti ini.

Persahabatan itu penting dalam buku ini. Karakter-karakternya menemukan kenyamanan dan keberanian satu sama lain, menunjukkan betapa pentingnya teman ketika hidup menjadi sulit. Kisah ini menunjukkan bagaimana persahabatan dapat membantu Anda melewati masa-masa sulit dan memecahkan masalah saat remaja.

Buku ini juga berbicara tentang kesehatan mental dan bagaimana penindasan mempengaruhi kita. Ini menunjukkan bagaimana perundungan dapat merusak kepercayaan diri dan membuat kita merasa kesepian. Dengan berbagi pengalaman ini, buku ini membantu kita memahami bagaimana remaja menghadapi masalah kesehatan mental dan mengapa penting untuk saling mendukung.

Ada juga banyak hal tentang budaya Jepang di dalam buku ini, terutama bagaimana perundungan dilihat dan ditangani. Karakter-karakter tersebut menunjukkan kepada kita bagaimana budaya memengaruhi bagaimana penindasan terjadi dan bagaimana orang bereaksi terhadapnya.

Karakter seperti Kokoro menunjukkan kepada kita apa yang diperlukan untuk menjangkau dan berteman, meskipun itu menakutkan. Mereka menunjukkan bagaimana menjadi rentan dan berani dapat menghasilkan hubungan yang nyata, bahkan ketika kita merasa tidak ada yang memahami apa yang kita alami.

Buku ini juga berbicara tentang empati. Para karakter belajar memahami perjuangan satu sama lain dan saling mendukung, yang membantu mereka merasa menjadi bagiannya. Ini menunjukkan betapa pentingnya hadir untuk satu sama lain, terutama ketika kita sedang melalui masa-masa sulit.

Komunikasi adalah tema penting lainnya. Karakter belajar untuk terbuka dan berbagi perasaan, yang membantu mereka terhubung satu sama lain pada tingkat yang lebih dalam. Ini menunjukkan bagaimana mengekspresikan diri kita dengan jujur dapat memperkuat persahabatan dan meruntuhkan penghalang antar manusia.

Buku ini mendukung keberagaman, dengan karakter dari latar belakang dan kepribadian berbeda. Keberagaman ini membantu kita melihat indahnya perbedaan dan menemukan kesamaan dengan orang lain. Hal ini menunjukkan bagaimana pengalaman unik setiap orang menambah kekayaan komunitas kita.

Kisah ini juga mengajarkan kita tentang bahasa dan adat istiadat Jepang, menunjukkan bagaimana bahasa mencerminkan hubungan sosial. Karakter menggunakan bentuk bahasa yang berbeda tergantung pada hubungan mereka, yang membantu kita memahami nuansa komunikasi Jepang.

Terakhir, buku ini diakhiri dengan nada penuh harapan, mengingatkan kita bahwa meskipun keadaan sulit, selalu ada peluang untuk menjadi lebih baik. Perjalanan para karakter menunjukkan kepada kita betapa tangguh dan mampunya kita, bahkan dalam menghadapi kesulitan. Hal ini memberi kita pesan harapan dan kekuatan hubungan antarmanusia untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik.)


THE FAVORITES

■This book really gets into the challenges teenagers face, like bullying, mental health, and feeling the pressure from society. By showing these challenges in a relatable way, it helps us understand what it's like to be a teenager dealing with these issues.

■The idea of a castle you can reach through a mirror adds a magical aspect to the story. It gives us a fun backdrop for exploring real-life problems. Mixing magic with everyday life makes the story really interesting.

■The story keeps you guessing with unexpected twists and turns. These surprises make it exciting and keep you wanting to find out more about what's going on in the castle. It's like a puzzle you can't wait to solve.

■This book shows just how much bullying can affect someone and hurt their mental health. Through the characters' struggles, it makes us think about how serious bullying is and why we all need to do something about it.

■The characters in the castle become like a family, showing us that real connections can happen even outside of our usual family circles. Seeing these friendships form in unexpected places makes the story even more meaningful.

■Even though the writing is straightforward, it really makes you feel the characters' emotions. The translation from Japanese captures the feelings and culture of the original text.

■This book really makes you feel connected to the characters and their struggles with loneliness. It's a story that tugs at your heartstrings and makes you think.

■The way the book wraps up is so satisfying and hopeful. It leaves you feeling good and reminds you that even when things are tough, there's always a chance for things to get better. It's a perfect ending to a touching story about growing up and finding your place in the world.

(■Buku ini benar-benar membahas tantangan yang dihadapi remaja, seperti perundungan, kesehatan mental, dan tekanan dari masyarakat. Dengan menunjukkan tantangan-tantangan ini dengan cara yang dapat diterima, buku ini membantu kita memahami bagaimana rasanya menjadi seorang remaja yang menghadapi masalah-masalah ini.

■Ide tentang kastil yang dapat kita kunjungi melalui cermin menambah aspek magis pada cerita. Hal ini memberi kita latar belakang yang menarik untuk mengeksplorasi masalah kehidupan nyata. Memadukan keajaiban dengan kehidupan sehari-hari membuat ceritanya sangat menarik.

■Ceritanya membuat kita terus menebak-nebak dengan liku-liku yang tidak terduga. Kejutan-kejutan ini membuatnya seru dan membuat kita ingin tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi di kastil. Ini seperti teka-teki yang sangat menarik untuk dipecahkan.

■Buku ini menunjukkan seberapa besar bullying dapat berdampak pada seseorang dan merugikan kesehatan mentalnya. Melalui perjuangan para karakter, buku ini membuat kita berpikir tentang betapa seriusnya bullying dan mengapa kita semua perlu melakukan sesuatu untuk mengatasinya.

■Karakter-karakter dalam kastil menjadi seperti sebuah keluarga, yang menunjukkan kepada kita bahwa hubungan nyata dapat terjadi bahkan di luar lingkaran keluarga kita yang biasa. Melihat persahabatan ini terbentuk di tempat yang tidak terduga membuat cerita ini semakin bermakna.

■Meskipun gaya penulisannya lugas, namun benar-benar membuat emosi para karakternya terasa. Terjemahan dari bahasa Jepang menangkap perasaan dan budaya teks aslinya.

■Buku ini benar-benar membuat kita merasa terhubung dengan para karakter dan perjuangan mereka melawan kesepian. Ini adalah kisah yang menyentuh hati dan membuat kita berpikir.

■Cara buku ini ditutup sangat memuaskan dan penuh harapan. Ini membuat kita merasa bahagia dan mengingatkan kita bahwa meskipun keadaan sulit, selalu ada peluang untuk menjadi lebih baik. Ini adalah akhir yang sempurna untuk kisah menyentuh tentang pertumbuhan dan menemukan tempat di dunia.)


THE DRAWBACK

One thing I noticed was that the story took its time, especially at the start and in the middle. It felt like things were moving slowly, and sometimes it got a bit boring. This slow pace might not be for everyone, especially if you like stories that get going right away. 

(Satu hal yang aku temui adalah ceritanya cukup santai, terutama di awal dan tengah. Rasanya cerita berjalan lambat, dan terkadang menjadi sedikit membosankan. Pacing lambat ini mungkin tidak cocok untuk semua orang, terutama yang menyukai cerita yang langsung pada intinya.)


CONCLUSION

Lonely Castle in the Mirror explores the challenges teenagers face, like bullying and mental health struggles. But it also adds a magical aspect with a castle you can reach through mirrors, making the story interesting and imaginative. While some parts, especially at the beginning and middle, might feel slow and drag a bit, the book makes up for it with surprising plot twists, strong friendships between characters, and a touching portrayal of found family vibes. It's also a powerful reminder of how bullying affects someone's mental health and why it's important for society to step up and tackle it. Plus, the writing style is simple yet effective, and the translation does a great job at bringing out the characters' feelings and experiences.

(Lonely Castle in the Mirror mengeksplorasi tantangan yang dihadapi oleh remaja, seperti perundungan dan kesehatan mental. Buku ini juga menambahkan aspek magis dengan kastil yang bisa kita kunjungi melalui cermin, yang menjadikan ceritanya menarik dan imajinatif. Meskipun beberapa bagian, terutama di awal dan tengah, mungkin terasa lambat dan sedikit berlarut-larut, buku ini mengimbanginya dengan plot twist yang mengejutkan, persahabatan yang kuat antar karakter, dan gambaran menyentuh tentang suasana kekeluargaan. Hal ini juga merupakan pengingat yang kuat tentang bagaimana perundungan berdampak pada kesehatan mental seseorang dan mengapa penting bagi masyarakat untuk mengambil tindakan dan mengatasinya. Ditambah lagi, gaya penulisannya sederhana namun efektif, dan terjemahannya berhasil dalam mengungkapkan perasaan dan pengalaman karakter.)

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.