The Tatami Galaxy by Tomihiko Morimi | Book Review

 


The Tatami Galaxy by Tomihiko Morimi is a novel that follows the experiences of an unnamed college student who finds himself caught in a time loop. The protagonist is given the opportunity to relive his college years and explore different paths by joining various clubs at the beginning of his freshman year. In each iteration, he makes different choices, but the narrative revisits the same events with slight variations.

(The Tatami Galaxy karya Tomihiko Morimi adalah novel yang mengikuti pengalaman hidup seorang mahasiswa yang tidak disebutkan namanya yang mendapati dirinya terjebak dalam time loop. Sang protagonis diberi kesempatan untuk menghidupkan kembali masa kuliahnya dan menjelajahi jalan yang berbeda dengan bergabung dengan berbagai klub di awal tahun pertamanya. Dalam setiap iterasi, dia membuat pilihan yang berbeda, namun kisahnya mengulang kembali peristiwa yang sama dengan sedikit perbedaan.)


BOOK REVIEW

The Tatami Galaxy by Tomihiko Morimi is a novel that unfolds within the backdrop of a college environment, offering an insightful exploration of themes related to higher education, social dynamics, and human relationships. The story follows an unnamed protagonist who navigates the challenges of his college life, where he is burdened by a sense of regret and dissatisfaction with his past decisions. Through his interactions with various characters, notably his best friend Ozu, the book delves into the complexities of friendship and the bonds that shape our lives.

At the heart of this novel is the recurring theme of choice and its profound impact on the trajectory of one's life. The protagonist is granted a unique opportunity to revisit his college years and make different decisions, leading to alternate realities. This intricate exploration of choice and consequence prompts readers to reflect on their own lives and the pivotal moments that have shaped their destinies. The book weaves together these alternate realities, revealing the interconnectedness of life's various paths and the intricate web of cause and effect.

The concept of the multiverse takes center stage in "The Tatami Galaxy," illustrating how different choices lead to divergent life paths. This narrative device raises thought-provoking questions about destiny, free will, and the extent to which individuals can control the course of their lives. As the protagonist traverses these parallel universes, readers are challenged to contemplate the role of chance and circumstance in shaping their own journeys.

A central and poignant theme of the book is the protagonist's quest to alter his past, driven by a deep desire to escape the clutches of regret. His unwavering determination to make amends for his perceived mistakes serves as a powerful undercurrent in the narrative. This theme invites readers to ponder the age-old question of whether one can truly rectify past regrets or if they are an intrinsic part of personal growth and self-discovery.

The Tatami Galaxy delves into the philosophical debate surrounding fate and free will. While the narrative suggests that some elements of life may be preordained, it also raises questions about the potential for self-determination and the extent to which individuals can chart their destinies. 

(The Tatami Galaxy oleh Tomihiko Morimi adalah sebuah novel yang berlatar belakang lingkungan kampus, menawarkan eksplorasi mendalam tentang tema-tema yang berkaitan dengan pendidikan tinggi, dinamika sosial, dan hubungan antarmanusia. Kisah ini mengikuti seorang protagonis yang tidak disebutkan namanya yang menghadapi berbagai tantangan kehidupan kampus, di mana ia dibebani oleh rasa penyesalan dan ketidakpuasan terhadap keputusan masa lalunya. Melalui interaksinya dengan berbagai karakter, terutama sahabatnya Ozu, buku ini menggali kompleksitas persahabatan dan ikatan yang membentuk kehidupan kita.

Inti dari novel ini adalah tema pilihan yang berulang dan dampaknya yang besar terhadap jalan hidup seseorang. Sang protagonis diberikan kesempatan unik untuk mengingat kembali masa kuliahnya dan membuat keputusan berbeda, yang mengarah pada realitas alternatif. Eksplorasi rumit atas pilihan dan konsekuensi ini mendorong pembaca untuk merenungkan kehidupan mereka sendiri dan momen-momen penting yang telah membentuk takdir mereka. Buku ini menyatukan realitas-realitas alternatif ini, mengungkap keterkaitan berbagai jalur kehidupan dan jaringan sebab dan akibat yang rumit.

Konsep multiverse menjadi fokus dalam The Tatami Galaxy, yang menggambarkan bagaimana pilihan yang berbeda mengarah pada jalur kehidupan yang berbeda. Perangkat naratif ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah pikiran tentang takdir, kehendak bebas, dan sejauh mana individu dapat mengendalikan jalan hidup mereka. Saat tokoh protagonis melintasi dunia paralel ini, pembaca ditantang untuk merenungkan peran peluang dan keadaan dalam membentuk perjalanan mereka sendiri.

Tema sentral dan tajam dari buku ini adalah keinginan sang protagonis untuk mengubah masa lalunya, didorong oleh keinginan mendalam untuk melepaskan diri dari cengkeraman penyesalan. Keinginannya untuk memperbaiki kesalahan menjadi dasar yang kuat dalam kisah ini. Tema ini mengundang pembaca untuk merenungkan pertanyaan tentang apakah seseorang benar-benar dapat memperbaiki penyesalan masa lalu atau apakah penyesalan itu merupakan bagian intrinsik dari pertumbuhan pribadi dan penemuan diri.

The Tatami Galaxy menggali perdebatan filosofis seputar nasib dan kehendak bebas. Meskipun narasinya menunjukkan bahwa beberapa elemen kehidupan mungkin sudah ditentukan sebelumnya, hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang potensi penentuan nasib sendiri dan sejauh mana individu dapat menentukan nasibnya.)


THE DRAWBACKS

■Repetitive: The protagonist relives the same period of his life multiple times through four different sections, and many passages are repeated verbatim in each iteration, essentially a copy-paste from one version of events to another. The effect of this repetition is a hindrance to the flow of the story, and it disrupts the reader's immersion in the narrative. This technique, while possibly serving a narrative purpose, can create a feeling of shallowness that persists throughout the reading experience. Certain words, such as 'black-haired maiden,' 'johnny,' and 'yokai,' are overused and can become grating to the readers, while descriptions of character reactions, like screaming, may feel repetitive and unnatural.

■Unlikable protagonist: The unnamed protagonist of the story presents a considerable challenge, as he exhibits a range of unlikable traits. He is boring, weak-willed, whiny, self-centered, and prone to complaining. These characteristics make it challenging for me to connect with or empathize with the main character, particularly in the early stages of the story. 

■Lack of character growth: Another challenging aspect of the book is the protagonist's lack of significant character growth or self-improvement throughout the narrative, despite the repetitive structure that provides ample opportunities for development. I find it frustrating that the protagonist doesn't exhibit transformative personal growth despite the unique circumstances he finds himself in. His ability to obtain something valuable without evident growth or effort may be disheartening for those seeking a more transformative character arc.

■Blame on club activities: As a freshman, the protagonist selects from four different student clubs in the hope of creating a "rose-colored campus life." However, his choices lead to a friendless existence except for an antagonistic character he frequently likens to a yōkai, a supernatural being in Japanese folklore, who consistently causes him trouble. Each of the four sections of the novel corresponds to a different choice of a student club, revealing how the protagonist's life would or wouldn't have changed with an alternate decision. I find this repetitive exploration of the impact of club choices on the protagonist's life somewhat one-dimensional and wonder if the message of this book is to not join any student clubs.

(■Repetitif: Tokoh protagonis menghidupkan kembali periode yang sama dalam hidupnya beberapa kali melalui empat bagian berbeda, dan banyak bagian yang diulang kata demi kata di setiap iterasi, yang pada dasarnya merupakan hasil salin-tempel dari satu versi peristiwa ke versi lainnya. Efek pengulangan ini menghambat alur cerita, dan mengganggu pemahaman pembaca terhadap narasinya. Teknik ini, meskipun mungkin memiliki tujuan naratif, dapat menciptakan kedangkalan makna yang terus berlanjut sepanjang kegiatan membaca. Kata-kata tertentu, seperti 'gadis berambut hitam', 'johnny', dan 'yokai', digunakan secara berlebihan dan menjadi hal yang menjengkelkan bagi pembaca, sementara deskripsi reaksi karakter, seperti saat berteriak, terasa berulang dan tidak wajar.

■Protagonis yang tidak disukai: Protagonis cerita yang tidak disebutkan namanya menghadirkan tantangan yang cukup besar, karena ia menunjukkan serangkaian sifat yang tidak disukai. Dia terasa membosankan, berkemauan lemah, cengeng, egois, dan cenderung mengeluh. Karakteristik ini menyulitkan aku untuk terhubung atau berempati dengan tokoh utama, terutama di tahap awal cerita.

■Kurangnya pertumbuhan karakter: Aspek lain yang menantang dari buku ini adalah kurangnya pertumbuhan karakter atau pengembangan diri yang signifikan di sepanjang narasi oleh protagonis, meskipun struktur berulang memberikan banyak peluang untuk pengembangan. Aku merasa frustasi karena tokoh protagonis tidak menunjukkan pertumbuhan pribadi yang transformatif meskipun ia berada dalam keadaan yang unik. Kemampuannya untuk memperoleh sesuatu yang penting tanpa pertumbuhan atau upaya yang nyata terasa mengecewakan bagi mereka yang mencari karakter yang lebih transformatif.

■Menyalahkan aktivitas klub: Sebagai mahasiswa baru, protagonis memilih satu dari empat klub mahasiswa yang berbeda dengan harapan menciptakan 'kehidupan kampus yang penuh warna.' Namun, pilihannya mengarah pada kehidupan tanpa teman kecuali karakter yang sering dia samakan dengan yōkai, makhluk gaib dalam cerita rakyat Jepang, yang selalu menyebabkan masalah baginya. Masing-masing dari empat bagian novel ini berhubungan dengan pilihan klub siswa yang berbeda, yang mengungkapkan bagaimana kehidupan protagonis akan atau tidak akan berubah dengan keputusan alternatif. Aku menganggap eksplorasi berulang mengenai dampak pilihan klub pada kehidupan protagonis terasa satu dimensi dan bertanya-tanya apakah pesan dari buku ini adalah untuk tidak bergabung dengan klub pelajar mana pun.)


CONCLUSION

The Tatami Galaxy by Tomihiko Morimi presents a narrative that delves into the complexities of choice, college life, and the multiverse concept. The book's recurrent and repetitive structure, coupled with the unlikable protagonist and the absence of notable character growth, may prove challenging for readers seeking a more engaging and transformative experience. While the novel raises intriguing questions about destiny, free will, and redemption, its execution leaves room for improvement. This book, given a 2 out of 5 stars rating, may appeal to those with a particular interest in philosophical explorations, and may resonate with those who enjoy the anime series.

(The Tatami Galaxy oleh Tomihiko Morimi menyajikan narasi yang menyelidiki kompleksitas pilihan, kehidupan kampus, dan konsep multiverse. Struktur buku yang berulang, ditambah dengan protagonis yang tidak disukai dan tidak adanya pertumbuhan karakter yang menonjol, terbukti menantang bagi pembaca yang mencari pengalaman yang lebih menarik dan transformatif. Meskipun novel ini mengangkat pertanyaan-pertanyaan menarik tentang takdir, kehendak bebas, dan penebusan, eksekusinya masih menyisakan ruang untuk perbaikan. Buku ini, yang aku beri rating 2 dari 5 bintang, mungkin menarik bagi mereka yang memiliki pengalaman tertentu ketertarikan pada eksplorasi filosofis, dan mungkin beresonansi dengan mereka yang menyukai serial animenya.)

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.