The Midnight Library by Matt Haig | Book Review

 



The Midnight Library by Matt Haig follows the life of Nora Seed, a woman who is trapped in a cycle of regrets and unhappiness. Nora's life takes a dark turn, leading her to a moment of crisis where she decides to end it all.

However, instead of dying, Nora finds herself in the Midnight Library, a place that exists between life and death. In this extraordinary library, the shelves are filled with books, each representing a different life she could have lived if she had made different choices. These books offer her the opportunity to explore various parallel lives and see how they would have unfolded.

Guided by the librarian, Mrs. Elm, Nora delves into these alternate realities, experiencing the diverse paths her life could have taken. She becomes a glaciologist, a rock star, a wife, a mother, and so much more. Through these journeys, Nora grapples with profound questions about the meaning of life, the nature of regret, and the pursuit of happiness.

(The Midnight Library oleh Matt Haig mengikuti kehidupan Nora Seed, seorang wanita yang terjebak dalam siklus penyesalan dan ketidakbahagiaan. Kehidupan Nora berubah menjadi gelap, yang membawanya pada momen krisis dimana dia memutuskan untuk mengakhiri semuanya.

Namun, alih-alih mati, Nora malah mendapati dirinya berada di Perpustakaan Tengah Malam (The Midnight Library), sebuah tempat yang berada di antara kehidupan dan kematian. Di perpustakaan yang luar biasa ini, rak-raknya dipenuhi buku-buku, yang masing-masing mewakili kehidupan berbeda yang bisa dia jalani jika dia membuat pilihan yang berbeda. Buku-buku ini memberinya kesempatan untuk menjelajahi berbagai kehidupan paralel dan melihat bagaimana kehidupan tersebut akan berkembang.

Dipandu oleh seorang pustakawan, Mrs. Elm, Nora menggali realitas alternatif ini, dan menjalani beragam alur yang bisa diambil dalam hidupnya. Dia menjadi glasiolog, bintang rock, istri, ibu, dan banyak lagi. Melalui perjalanan ini, Nora berhadapan dengan pertanyaan mendalam tentang makna hidup, penyesalan, dan upaya mengejar kebahagiaan.)


BOOK INFORMATION

Title                       : Perpustakaan Tengah Malam (The Midnight Library)

Original title        : The Midnight Library 

Author                  : Matt Haig 

Translator           : Dharmawati

Publisher             : Gramedia Pustaka Utama 

Language             : Indonesian

Length                  : 368 pages

Released               : June 9, 2021

Read                     : November 1-5, 2021

GR Rating            : 4.01

My rating            : 4.00


BOOK REVIEW

The Midnight Library by Matt Haig delves deep into the human psyche, weaving a poignant narrative around the central theme of regret and life's choices. Nora Seed, the book's protagonist, finds herself at a crossroads, overwhelmed by the weight of her regrets. However, her journey takes an unexpected turn when she stumbles upon the Midnight Library, a place that offers her the chance to explore numerous alternative lives she could have lived had she made different decisions. This exploration forces readers to grapple with the profound question of whether altering our past choices can lead to a happier existence without the emotional burden that regret can inflict upon us.

One of the book's remarkable strengths is its sensitive handling of the topic of depression and mental health. Through Nora's struggles, The Midnight Library offers readers a window into the complex and often debilitating world of depression. It portrays the emotional turmoil and the sense of hopelessness that many individuals with depression endure, fostering empathy and understanding.

Haig's narrative prompts readers to contemplate existential questions about the meaning and purpose of life. It challenges the notion of a "perfect" life by showing that every choice, no matter how different, comes with its own set of challenges and regrets. The role of regret in shaping our perspectives on life is a recurring theme, emphasizing that our perceptions of happiness are deeply influenced by our past experiences.

The concept of parallel universes and the multiverse theory adds a captivating layer to the narrative. As Nora explores various lives through the books in the Midnight Library, readers are introduced to a thought-provoking exploration of the possibilities that exist within the multiverse. This concept allows for a unique storytelling experience, blurring the lines between reality and imagination.

The library itself serves as a conduit for Nora to explore different lives through books, making it a central and enchanting element of the story. It symbolizes the boundless potential for change and growth that exists within all of us. Just as a library offers a vast array of books, each containing a different story, the Midnight Library offers endless possibilities for Nora to step into various lives.

Ultimately, The Midnight Library suggests that happiness is a deeply personal and subjective concept. It encourages readers to define their own sources of happiness and meaning rather than conforming to societal expectations. Through Nora's journey of self-discovery, the book leaves us with the profound message that the path to contentment often lies in embracing the imperfections of our own lives and finding joy in the present moment. 

(The Midnight Library oleh Matt Haig menggali jauh ke dalam jiwa manusia, dengan merangkai narasi yang menyentuh seputar tema utama mengenai penyesalan dan pilihan hidup. Nora Seed, protagonis buku ini, mendapati dirinya berada di persimpangan jalan, terbebani oleh beban penyesalannya. Namun, perjalanannya berubah secara tak terduga ketika dia menemukan Perpustakaan Tengah Malam, sebuah tempat yang menawarkan kesempatan untuk menjelajahi berbagai kehidupan alternatif yang bisa dia jalani seandainya dia membuat keputusan yang berbeda. Eksplorasi ini memaksa pembaca untuk menghadapi pertanyaan apakah mengubah pilihan kita di masa lalu dapat membawa pada kehidupan yang lebih bahagia tanpa beban emosional yang dapat ditimbulkan oleh penyesalan kita.

Salah satu kekuatan buku ini adalah penanganannya yang sensitif terhadap topik depresi dan kesehatan mental. Melalui perjuangan Nora, The Midnight Library menawarkan wawasan mengenai depresi yang kompleks dan seringkali melemahkan. Hal ini menggambarkan gejolak emosi dan rasa putus asa yang dialami banyak penderita depresi, sehingga menumbuhkan empati dan pengertian.

Narasi Haig mendorong pembaca untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang makna dan tujuan hidup. Buku ini menantang gagasan tentang kehidupan yang "sempurna" dengan menunjukkan bahwa setiap pilihan, betapapun berbedanya, memiliki tantangan dan penyesalan tersendiri. Peran penyesalan dalam membentuk perspektif kita terhadap kehidupan adalah tema yang berulang, yang menekankan bahwa persepsi kita tentang kebahagiaan sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.

Konsep semesta paralel dan teori multiverse menambahkan lapisan narasi yang menarik. Saat Nora menjelajahi berbagai kehidupan melalui buku-buku di Perpustakaan Tengah Malam, pembaca diperkenalkan pada eksplorasi yang menggugah pikiran tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam multiverse. Konsep ini memungkinkan adanya pengalaman bercerita yang unik, yang mengaburkan batas antara kenyataan dan imajinasi.

Perpustakaan ini sendiri berfungsi sebagai sarana bagi Nora untuk mengeksplorasi kehidupan yang berbeda melalui buku, yang menjadikannya elemen sentral dan menarik dalam cerita. Hal ini melambangkan potensi perubahan dan pertumbuhan yang tak terbatas yang ada dalam diri kita semua. Sama seperti perpustakaan yang menawarkan beragam buku yang masing-masing berisi cerita berbeda, Perpustakaan Tengah Malam menawarkan kemungkinan tak terbatas bagi Nora untuk memasuki berbagai kehidupan.

Pada akhirnya, The Midnight Library menyatakan bahwa kebahagiaan adalah konsep yang sangat pribadi dan subyektif. Hal ini mendorong pembaca untuk mendefinisikan sumber dan makna kebahagiaan mereka sendiri daripada menyesuaikan diri dengan ekspektasi masyarakat. Melalui perjalanan penemuan jati diri Nora, buku ini meninggalkan pesan mendalam kepada kita bahwa jalan menuju kepuasan seringkali ada saat kita menerima ketidaksempurnaan dalam hidup kita dan menemukan kebahagiaan pada saat ini.)


THE STRENGTHS

■Writing style: Matt Haig's writing style is accessible accessibility and remarkable for its ability to convey complex emotions and profound ideas in a straightforward and relatable manner. This makes the book approachable to a wide range of readers. Haig's prose pulls readers into Nora's world, making it easy to connect with her journey and emotions.

■Relatability: One of the book's greatest strengths is its relatability. Many readers, like me, have experienced moments of doubt, uncertainty, or dissatisfaction in our lives. The Midnight Library offers a comforting and reassuring message that it's never too late to make changes and seek happiness. Nora's journey serves as a mirror reflecting the common struggles and desires of individuals, creating a strong bond between the reader and the protagonist.

■Seriousness and lightness: Haig strikes a balance between addressing heavy and profound topics like depression and regret while infusing the narrative with moments of humor and lightness. This delicate equilibrium makes the book emotionally resonant yet still an enjoyable and accessible read. It allows readers to explore challenging themes without becoming overwhelmed, fostering a deeper connection with the story.

■Exploration of life's possibilities: Through the concept of exploring various lives, The Midnight Library underscores the richness and diversity of human experiences. It emphasizes that life is an intricate tapestry of choices and possibilities. Each decision we make can lead to a different path, and there is no single "right" way to live. This perspective encourages readers to embrace the multitude of experiences that life offers, sparking contemplation about their own choices and aspirations.

■Questioning societal norms: The book invites readers to challenge societal norms and expectations, a strength that resonates with those seeking authenticity in their lives. Nora's exploration prompts readers to question whether they are living in alignment with their own desires and values or succumbing to external pressures and expectations. This introspection encourages readers to consider their own paths and the importance of making choices that align with their true selves.

(■Gaya penulisan: Gaya penulisan Matt Haig mudah diakses dan mampu menyampaikan emosi kompleks dan ide-ide mendalam dengan cara yang lugas dan berhubungan. Hal ini membuat buku ini dapat dipahami oleh banyak pembaca. Tulisan Haig menarik pembaca ke dalam dunia Nora, yang membuat kita dengan mudah terhubung dengan perjalanan dan emosinya.

■Relatabilitas: Salah satu kekuatan terbesar buku ini adalah keterhubungannya. Banyak pembaca, seperti aku, pernah mengalami keraguan, ketidakpastian, atau ketidakpuasan dalam hidup. The Midnight Library menawarkan pesan yang menghibur dan meyakinkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk melakukan perubahan dan mencari kebahagiaan. Perjalanan Nora berfungsi sebagai cermin yang mencerminkan perjuangan dan keinginan setiap individu, yang menciptakan ikatan yang kuat antara pembaca dan protagonis.

■Keseimbangan: Haig memberikan keseimbangan antara topik yang berat dan mendalam seperti depresi dan penyesalan sambil memasukkan narasi dengan momen-momen humor dan lebih ringan. Keseimbangan ini membuat buku ini beresonansi secara emosional namun tetap menyenangkan dan mudah dibaca. Hal ini memungkinkan pembaca untuk mengeksplorasi tema-tema yang menantang tanpa merasa kewalahan, sehingga membina hubungan yang lebih dalam dengan cerita.

■Eksplorasi kemungkinan kehidupan: Melalui konsep eksplorasi berbagai kehidupan, The Midnight Library menggarisbawahi kekayaan dan keragaman pengalaman manusia. Buku ini menekankan bahwa hidup berisi kumpulan pilihan dan kemungkinan yang rumit. Setiap keputusan yang kita ambil dapat membawa kita pada jalan yang berbeda, dan tidak ada satu pun cara hidup yang "benar". Perspektif ini mendorong pembaca untuk menerima banyak pengalaman yang ditawarkan kehidupan, yang memicu perenungan tentang pilihan dan keinginan mereka sendiri.

■Mempertanyakan norma-norma masyarakat: Buku ini mengajak pembaca untuk menantang norma dan ekspektasi masyarakat, sebuah kekuatan yang sesuai dengan mereka yang mencari kebenaran dalam kehidupan mereka. Eksplorasi Nora mendorong pembaca untuk mempertanyakan apakah mereka hidup selaras dengan keinginan dan nilai-nilai mereka sendiri atau menyerah pada tekanan dan ekspektasi eksternal. Introspeksi ini mendorong pembaca untuk mempertimbangkan jalan mereka sendiri dan pentingnya membuat pilihan yang sesuai dengan diri mereka yang sebenarnya.)


CONCLUSION

The Midnight Library by Matt Haig is an exploration of regret, choice, and the pursuit of happiness. With its accessible writing style, relatable characters, and a perfect balance of seriousness and lightness, the book invites readers to journey alongside Nora Seed as she navigates a library filled with alternate lives. Through the lens of regret and depression, the novel sensitively addresses profound questions about the meaning of life and the importance of embracing one's unique path. The concept of parallel universes and the idea that happiness is subjective resonate deeply, encouraging readers to reflect on their own lives and the endless possibilities they hold.

(The Midnight Library oleh Matt Haig adalah eksplorasi penyesalan, pilihan, dan pencarian kebahagiaan. Dengan gaya penulisan yang mudah diakses, karakter yang dapat dipahami, dan keseimbangan antara hal-hal berat dan ringan, buku ini mengundang pembaca untuk melakukan perjalanan bersama Nora Seed saat dia menjelajahi perpustakaan yang penuh dengan kehidupan alternatif. Melalui sudut pandang penyesalan dan depresi, novel ini secara sensitif menjawab pertanyaan mendalam tentang makna hidup dan pentingnya menerima jalan unik seseorang. Konsep semesta paralel dan gagasan bahwa kebahagiaan bersifat subjektif beresonansi secara mendalam, yang mendorong pembaca untuk merenungkan kehidupan mereka sendiri dan kemungkinan tak terbatas yang mereka miliki.)

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.