In Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) by Nellaneva, we meet Alamanda Garthran, a sorceress who had put herself into a deep sleep using a powerful spell called the Eternal Sleep, for an astonishing 233 years. But now, she's awake and determined to find Dave (or someone like him, born again) to make things right and resolve a misunderstanding from the past.
Alamanda must also find time to teach magic to a young boy named Rasmus, who claims to be her descendant. In return, Alamanda asks Rasmus to help her understand the modern world, with its televisions, cell phones, and other technologies that she's never encountered in the past 200 years.
While adjusting to the new era and searching for Dave, Alamanda discovers that there's another part of her past that still haunts her. Her old enemy, Cecile Hecates, seeks revenge for a past humiliation and is determined to settle the score.
With the help of Mogwa, a talking black cat, Fabian, a young man with a troubled history with magic, and a group of millennial sorcerers who are after her, Alamanda embarks on a mission to undo the consequences of her most powerful spell gone wrong, which started two centuries ago.
(Dalam Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) oleh Nellaneva, kita bertemu Alamanda Garthran, seorang penyihir yang membuat dirinya tertidur lelap menggunakan mantra kuat yang disebut Tidur Panjang selama 233 tahun. Tapi sekarang, dia bangun dan bertekad untuk menemukan Dave (atau seseorang seperti dia, yang terlahir kembali) untuk memperbaiki keadaan dan menyelesaikan kesalahpahaman dari masa lalu.
Alamanda juga harus menyisihkan waktu untuk mengajarkan sihir kepada seorang anak laki-laki bernama Rasmus, yang mengaku sebagai keturunannya. Sebagai gantinya, Alamanda meminta Rasmus untuk membantunya memahami dunia modern, seperti televisi, ponsel, dan teknologi lainnya yang belum pernah ditemuinya selama 200 tahun terakhir.
Saat menyesuaikan diri dengan era baru dan mencari Dave, Alamanda menemukan bahwa ada bagian lain dari masa lalunya yang masih menghantuinya. Musuh lamanya, Cecile Hecates, berusaha membalas atas penghinaan masa lalu dan bertekad untuk membalas dendam.
Dengan bantuan Mogwa, kucing hitam yang bisa bicara, Fabian, seorang pemuda yang bermasalah dengan sihir, dan sekelompok penyihir milenial yang mengejarnya, Alamanda memulai misi untuk membatalkan konsekuensi dari mantra terkuatnya yang salah, yang dimulai dua abad lalu.)
BOOK INFORMATION
Title : Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah)
Author : Nellaneva
Publisher : Elex Media Komputindo
Language : Indonesian
Length : 319 pages
Released : January 2022
Read :
GR Rating : 4.06
My Rating : 4.00
BOOK REVIEW
Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) by Nellaneva is a magical and entertaining book that explores the theme of the consequences of powerful magic and the pursuit of becoming the best at any cost. The story incorporates elements that I thoroughly enjoyed, such as humor, well-crafted writing, and intriguing side characters. The humor injected throughout the book brings an extra layer of lighthearted tone to the narrative. The writing style effectively showcases the growth and differences in the main character, Alamanda, as she navigates the modern world while retaining her wisdom from centuries past. Characters like Mogwa, the talking cat, and Rasmus, the young boy, provide additional fun and depth to the story.
One of the central themes in the book revolves around the consequences of wielding powerful magic. It highlights the dangers and repercussions that come with seeking ultimate power. The author skillfully explores the pitfalls of pursuing forbidden magic and the potential harm it can bring to others. Through Alamanda's journey, we witness the negative outcomes of ambition and the importance of understanding the limits and responsibilities that come with magic. This theme serves as an important lesson about the potential consequences of our actions and the need to consider the well-being of others.
While Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) presents an intriguing premise and tackles important themes, there are a few aspects that could have been improved. The weak motivations of Alamanda for hiding something may leave some readers wanting more clarity and stronger character development. Despite these minor drawbacks, the book ultimately delivers a satisfying conclusion that leaves readers content.
(Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) oleh Nellaneva adalah buku yang ajaib dan menghibur yang mengeksplorasi tema konsekuensi dari sihir yang kuat dan upaya untuk menjadi yang terbaik melalui cara apapun. Ceritanya menggabungkan unsur-unsur yang aku sukai, seperti humor , gaya penulisan yang dibuat dengan jelas, dan karakter pendukung yang menarik. Humor yang diselipkan di sepanjang buku memberikan keceriaan tambahan pada narasi. Gaya penulisan buku ini secara efektif menampilkan perkembangan dan perbedaan karakter utama, Alamanda, saat dia hidup dunia modern sambil mempertahankan pengetahuannya dari dua abad yang lalu. Karakter seperti Mogwa, kucing yang bisa berbicara, dan Rasmus, si bocah laki-laki, memberikan keceriaan tambahan dan kedalaman cerita.
Salah satu tema sentral dalam buku ini adalah konsekuensi menggunakan sihir yang kuat. Buku ini menyoroti bahaya dan akibat yang datang dari seseorang yang mencari kekuatan terhebat. Penulis dengan terampil mengeksplorasi dampak yang muncul dalam melakukan sihir terlarang dan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya bagi orang lain. Melalui perjalanan Alamanda, kita menyaksikan dampak negatif dari ambisi dan pentingnya memahami batasan dan tanggung jawab yang menyertai sihir. Tema ini berfungsi sebagai pelajaran penting tentang konsekuensi potensial dari tindakan kita dan kebutuhan untuk mempertimbangkan keselamatan orang lain.
Meskipun Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) menghadirkan premis yang menarik dan membahas tema-tema penting, ada aspek minor yang dapat ditingkatkan. Motif Alamanda yang kurang kuat untuk menyembunyikan sesuatu mungkin membuat beberapa pembaca menginginkan kejelasan dan pengembangan karakter yang lebih kuat. Terlepas dari kekurangan kecil ini, buku ini pada akhirnya memberikan kesimpulan yang memuaskan yang membuat pembaca merasa puas.)
WHAT I LOVE
■One of the things I absolutely love about Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) is the funny moments that make me laugh. Alamanda, the main character, uses funny words to describe gadgets like handphones, televisions, and search engines because she is from a time before these things existed. It's so entertaining to see her unique take on modern technology. Another source of humor is the interactions between Alamanda and Mogwa, the talking cat. Mogwa's sassy cat attitude adds a lot of fun to their conversations.
Throughout the book, the author mentions a legendary sorceress named Nellaneva who never actually appears in the story. This adds curiosity and fun as we wonder about her and her cats, as well as her wedang kencur. The book also has funny spell names that Alamanda uses. These spells have mostly funny effects on their targets, although some can be dangerous. It's enjoyable to see the funny and sometimes unexpected things that happen as a result of these spells.
■The writing style in Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) is one of the things I really love about the book. It is clear and fun, which makes it easy and enjoyable to read. A special touch that adds to the fun is the funny chapter titles that appear throughout the book. These titles catch your attention and set the mood for the upcoming chapters.
The story is told from Alamanda's perspective, as she narrates her own experiences. What's interesting is how the author shows the differences between the past Alamanda and the current Alamanda. The Alamanda from the flashbacks sounds younger, innocent, and kind-hearted. She had big ambitions for her future in sorcery. On the other hand, the present Alamanda, who is 200 years older, sounds wiser, more knowledgeable, and less ambitious. Her main goal now is to make up for her past mistakes. This contrast adds depth to the story and makes Alamanda's character more intriguing.
Another aspect of the writing that I love is how the author includes descriptions or mentions of food throughout the book. These food references make the story even more enjoyable and might even make you feel hungry.
■Characters like Mogwa, the talking cat, and Rasmus, the young boy, bring an extra layer of excitement and amusement to the story. Their presence adds depth to the overall narrative and enhances the reading experience.
■The book delves into various themes, including friendship, love, the consequences of wielding powerful magic, and the process of dealing with trauma. These themes offer thought-provoking insights and allow readers to connect with the characters on a deeper level.
■ The book concludes with a satisfying ending, providing closure to the story's main plotlines and leaving readers feeling content and fulfilled.
(■Salah satu hal yang sangat aku suka dari Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) adalah momen-momen lucu yang membuat aku tertawa. Alamanda, sang tokoh utama, menggunakan kata-kata lucu untuk menggambarkan gadget seperti handphone, televisi, dan search engine karena ia berasal dari masa sebelum benda-benda tersebut ada. Rasanya sangat menghibur melihat keunikannya menggunakan teknologi modern. Bagian lucu lainnya adalah interaksi antara Alamanda dan Mogwa, si kucing yang bisa bicara. Sikap dan kata-kata Mogwa yang membuat kesal menambah keseruan dalam percakapan mereka.
Di sepanjang buku, penulis menyebutkan seorang penyihir legendaris bernama Nellaneva yang tidak pernah muncul dalam cerita. Hal ini menambah rasa penasaran karena aku bertanya-tanya tentang si penyihir dan kucingnya, serta wedang kencurnya. Buku ini juga punya nama-nama mantra yang lucu yang digunakan Alamanda. Mantra ini sebagian besar menyebabkan efek lucu pada targetnya, meskipun beberapa bisa berbahaya. Sangat menyenangkan melihat hal-hal lucu dan terkadang tak terduga yang terjadi akibat mantra ini.
■Gaya penulisan di Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) adalah salah satu hal lain yang sangat aku suka dari buku ini. Gaya penulisan yang jelas dan menyenangkan, membuat buku ini mudah dan menyenangkan untuk dibaca. Tambahan lain yang menambah keseruan buku adalah judul-judul bab yang lucu yang muncul di sepanjang buku. Judul-judul ini menarik perhatian pembaca dan semacam menjadi penentu suasana untuk bab yang akan datang.
Ceritanya diceritakan dari sudut pandang orang pertama yaitu Alamanda, saat ia menceritakan pengalamannya sendiri. Yang menarik adalah bagaimana penulis menunjukkan perbedaan antara Alamanda yang dulu dengan Alamanda yang sekarang. Alamanda dari saat flashback terdengar lebih muda, lugu, dan baik hati. Dia memiliki ambisi besar untuk masa depannya dalam ilmu sihir. Di sisi lain, Alamanda yang sekarang, yang berusia 200 tahun lebih tua, terdengar lebih bijak, lebih berpengetahuan, dan lebih tidak ambisius. Tujuan utamanya sekarang adalah menebus kesalahan masa lalunya. Kontras ini menambah konsistensi cerita dan membuat karakter Alamanda semakin membuat penasaran.
Aspek lain dari tulisan yang aku suka adalah bagaimana penulis memasukkan deskripsi atau penyebutan makanan di seluruh buku. Referensi makanan ini membuat ceritanya semakin menyenangkan dan bahkan membuat aku merasa lapar.
■Karakter seperti Mogwa, si kucing yang bisa berbicara, dan Rasmus, si bocah laki-laki, menambah keseruan dan hiburan dalam cerita. Kehadiran mereka menambah kedalaman narasi secara keseluruhan dan meningkatkan pengalaman membaca.
■Buku ini menggali berbagai tema, termasuk persahabatan, cinta, konsekuensi menggunakan sihir yang kuat, dan proses penyembuhan trauma. Tema-tema ini menawarkan pengetahuan yang menggugah dan memungkinkan pembaca untuk terhubung lebih dalam dengan karakter.
■Buku ini diakhiri dengan akhir yang memuaskan, memberikan penutupan pada alur cerita utama dan membuat pembaca merasa puas.)
WHAT COULD'VE BEEN IMPROVED
There are so many things I love about this book, there's only one minor thing that could've been improved. I feel that how one of Alamanda's past decisions revelation is a little bit odd since there's no clues about this stuff from the earlier chapters. It would have been nice if the earlier narration mentioned Mogwa couldn't remember something while showing Alamanda's reaction earlier in the book which catches readers' attention enough without spoiling the truth. This could have added an element of mystery and made readers more curious about their past.
(Meski banyak hal yang aku suka dari buku ini, ada satu hal kecil yang bisa dikembangkan. Menurutku bagaimana salah satu keputusan Alamanda di masa lalu diungkapkan terasa agak ganjil karena tidak ada clue mengenai hal ini di bab-bab sebelumnya. Akan lebih baik jika narasi di awal menunjukkan Mogwa tidak dapat mengingat sesuatu dari masa lalunya sambil menunjukkan reaksi Alamanda di awal buku. Hal ini bisa menambah unsur misteri dan membuat pembaca semakin penasaran dengan masa lalu mereka.)
CONCLUSION
Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) by Nellaneva is a captivating book that combines elements of magic, humor, and important themes. The exploration of the consequences of powerful magic and the relentless pursuit of being the best at any cost serves as a cautionary tale, reminding readers about the potential dangers and negative outcomes that can arise from unchecked ambition. The book's witty humor, well-crafted writing style, and entertaining side characters contribute to an enjoyable reading experience. While the weak motivations for certain actions could have been addressed more effectively, the overall narrative offers valuable lessons about responsibility and the impact of our choices. Despite its minor shortcomings, the satisfying ending brings a sense of closure and leaves readers with a deeper understanding of the consequences of wielding power. Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) is a book that not only entertains but also encourages reflection on the importance of considering others and the potential consequences of our actions.
(Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) oleh Nellaneva adalah buku yang menarik yang menggabungkan elemen sihir, humor, dan tema-tema penting. Eksplorasi konsekuensi sihir yang kuat dan pengejaran tanpa henti untuk menjadi yang terbaik dengan cara apa pun berfungsi sebagai peringatan, mengingatkan pembaca tentang potensi bahaya dan dampak negatif yang dapat timbul dari ambisi yang tidak terkendali. Humor sepanjang buku, gaya penulisan yang dibuat dengan baik, dan karakter pendukung yang menghibur berkontribusi pada pengalaman membaca yang menyenangkan. Sementara penyampaian motif yang kurang kuat untuk tindakan tertentu bisa ditangani dengan lebih efektif, narasi keseluruhan menawarkan pelajaran berharga tentang tanggung jawab dan dampak dari pilihan kita. Terlepas dari kekurangan kecilnya, akhir yang memuaskan memberikan penutupan dan membuat pembaca memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang konsekuensi dari kekuatan. Alamanda (dan Sihir yang Berujung Salah) adalah buku yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendorong refleksi tentang pentingnya mempertimbangkan orang lain dan konsekuensi potensial dari tindakan kita.)
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.