Declutter List : Negative Contents on Internet

negative contents decluttering


Decluttering atau membuang hal-hal yang tidak lagi memberikan manfaat bagi kita, atau kalau menurut Marie Kondo sebagai something which doesn't spark joy, tidak hanya mengenai barang-barang fisik seperti pakaian dan barang-barang yang ada di rumah lainnya, namun juga hal-hal yang secara fisik tidak nampak namun sudah menjadi bagian dari hidup kita seperti konten-konten yang kita dapat di dunia maya.

Jika sebelumnya saya membahas mengenai menghemat energi dengan mengabaikan hal-hal negatif di sekitar kita, kali ini saya akan membahas mengenai konten negatif yang ada di internet. Mengapa mereka ada dan apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengeliminasi konten tersebut dari kehidupan kita. 

Seperti yang kita ketahui, banyak sekali informasi yang disampaikan dalam berbagai bentuk seperti tulisan, video maupun audio yang bermuatan negatif. Saat ini kita bisa menemukan banyak komentar negatif di bawah post instagram atau video yang kita temukan di youtube, kita bahkan bisa mendapatkan artikel-artikel baik dari portal besar maupun blog pribadi yang bermuatan negatif baik berbahasa Indonesia maupun bahasa asing.

Kenapa ada konten seperti ini?

Kemungkinannya adalah memang si pembuat artikel sedang berpikiran negatif atau sedang mengalami kejadian tidak menyenangkan, sehingga tulisannya condong ke arah negatif, biasanya kita menemukannya pada blog atau akun pribadi yang tujuannya untuk curhat.

Atau kemungkinan lain adalah memang pekerjaan orang yang membuat konten tersebut adalah menyebarkan hal-hal negatif dan hoax. Dia dibayar untuk membuat konten kontroversial dan mungkin membuat pembacanya kesal, karena memang tujuannya adalah menarik sebanyak-banyaknya orang untuk mengklik artikel, membaca dan kemudian meninggalkan komentar di sana. 
Semakin banyak klik, pengunjung dan komentar serta jumlah share dari link tersebut maka akan semakin tinggi popularitas halaman artikel tersebut dan tentu saja iklan-iklan yang ditanam di halaman tersebut akan lebih tinggi kemungkinannya untuk dilihat dan mungkin tidak sengaja di-klik oleh pengunjung, yang artinya tentu saja uang.

Sama halnya dengan komentar negatif di akun media sosial terutama akun public figure, ada orang-orang yang memang dibayar untuk hanya mengirimkan hal-hal negatif kepada siapapun yang menjadi target dari pekerjaannya. Tentu saja si pemberi komentar tidak akan peduli dengan reaksi user lain, yang penting dia sudah menjalankan tugasnya dan mendapatkan sejumlah uang. Jika kemudian komentar yang dia berikan menjadi viral karena banyak yang menanggapi tentu saja popularitas akun pemberi komentar tersebut akan meningkat, sehingga bisa jadi semakin banyak pekerjaan serupa yang akan dia terima. 

Beberapa waktu lalu saya menemukan beberapa artikel kontroversial dimana si penulis artikel mencoba mengadu domba 2 pihak melalui judul yang menarik perhatian pembaca untuk mengklik artikel tersebut. Dan sesuai dugaan, banyak sekali pengunjung yang kesal, share link artikel bahkan meninggalkan komentar di akun pembuat artikel tersebut. Menurut saya, sekesal apapun kita karena konten yang kita temukan sangat menyebalkan, kita tidak perlu memberikan reaksi sama sekali terhadap konten tersebut. Kekesalan itu pasti ada, namun dengan memberikan komentar dan membagikan tautan menuju artikel tersebut, kita sudah membantu mereka untuk mewujudkan tujuannya : mendapatkan uang dari kekesalan pembaca.

Bukan berarti saya menyalahkan pembaca yang sudah bereaksi terhadap artikel tersebut, karena memang masih banyak orang di luar sana yang memang tidak mengetahui hal-hal seperti ini. Sehingga melalui blog post kali ini, saya mengajak siapapun yang membaca tulisan ini untuk mengabaikan konten-konten kontroversial, yang menyebar kebencian atau membuat kita tidak nyaman, dengan tidak memberikan reaksi apapun. Kita cukup tahu saja. 

Ignore them, they don’t have place in your life.


Jadi mau bagaimanapun reaksi kita terhadap konten negatif yang kita temukan, mau kita marah-marah, kita memberi tahu kebenaran atau sekadar mengingatkan si pembuat konten, semua itu akan membuat si pembuat konten diuntungkan. Semakin banyak reaksi, semakin tinggi popularitas, semakin tinggi pula uang yang dihasilkan. 

Jika kita sudah terlanjur 'mengonsumsi' konten-konten negatif di internet dan menjadikannya bagian dari kehidupan kita yang baik secara langsung maupun tidak telah mempengaruhi kehidupan kita, maka saatnya kita melakukan bersih-bersih.

Nah, apa yang bisa kita lakukan?

1. Abaikan

Tentu saja mengabaikan dan tidak memberikan reaksi adalah tindakan terbaik yang bisa kita lakukan. Saat kita bereaksi atau memikirkan konten negatif dengan serius, kita sudah menerima konten tersebut sebagai bagian dari hidup kita. Sebagian dari kita mungkin akan terluka, sebagian yang lain akan terpancing untuk melakukan sesuatu seperti marah-marah online. Namun, saat kita memberikan reaksi dalam bentuk apapun, pembuat konten yang memang pekerjaannya seperti itu tidak akan dirugikan atau peduli pada kita. 

2. Manfaatkan fitur yang ada

Hal lain yang bisa kita lakukan adalah mute, block dan report akun yang menyebarkan konten negatif tersebut. Mute dan block bertujuan agar kita tidak bisa berinteraksi maupun melihat akun yang bersangkutan. Report bertujuan untuk melaporkan konten yang tidak pantas, biasanya fitur ini ada pada media sosial, sehingga akun tersebut bisa di-suspend atau dinonaktifkan. Untuk akun-akun besar, memang sulit untuk di-report, karena memang engagement mereka sudah tinggi dan bahkan mungkin sudah dianggap akun yang dipercaya, sehingga yang bisa kita lakukan adalah hanya mute dan block saja agar update dari akun tersebut tidak bisa kita lihat. Selain itu kita bisa unfollow akun-akun yang membuat atau share konten yang membuat kita tidak nyaman dan kontroversial, sehingga timeline kita lebih bersih.

3. Jangan kepo

Tidak perlu penasaran atau kepo terhadap sesuatu yang kontroversial kalau kita merasa sesuatu itu bakal menimbulkan reaksi negatif pada diri kita. Cintai diri kita dengan menghindari konten-konten yang membuat kita kesal atau marah, atau sekedar untuk membuktikan bahwa si pembuat konten melakukan kesalahan. Jangan sampai karena kita terlalu fokus kepada satu hoax atau perdebatan yang sebenarnya tidak penting yang beredar di dunia maya, kita jadi ikut berpikiran negatif, tidak fokus dan mungkin juga merasa tidak nyaman.

4. Pilih konten positif

Beralihlah pada konten-konten bermanfaat yang bisa menaikkan level kehidupan kita. Daripada kita meng-quote, meretweet, atau berkomentar pada tweet yang kontroversial, lebih baik kita mem-follow, meretweet akun-akun yang menyebarkan kebaikan, serta membalas tweet mereka sebagai ucapan terima kasih. Pembuat konten tersebut akan senang jika konten yang dibuatnya bisa bermanfaat bagi orang lain dan mendapatkan feedback. Selain itu, dengan share link artikel atau me-retweet konten yang bermanfaat, mungkin kita sudah membantu orang-orang yang memfollow kita. Siapa tahu ada follower kita yang seharian merasa banyak sekali masalah, namun kemudian jadi terinspirasi karena konten yang kita share atau kita retweet tersebut. 

Lakukan apapun untuk menghemat energi kita dan menggunakannya untuk kegiatan yang esensial. Jangan sampai kita menanggapi konten negatif di internet kemudian menguras energi kita, sehingga kita jadi tidak fokus bekerja, kita kena marah bos atau kita ditegur dosen, atau anggota keluarga kita terluka karena kelalaian kita. Gunakan energi yang kita miliki untuk kebaikan kita dan orang-orang di sekeliling kita, untuk mendukung rekan-rekan kita yang selalu membagikan konten positif, bukan sebagai alat untuk membantu orang asing yang tidak kita kenal untuk mendapatkan popularitas dan uang lewat hal-hal tidak baik yang melukai. 

Nah, apakah kalian pernah menemukan konten-konten yang membuat tidak nyaman? Bagaimana kalian menanggapinya dan langkah kalian untuk mengeliminasinya dari kehidupan kalian? Share di kolom komentar ya.



title picture by lailiving
background photo by Kate Torline

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.