Why Attention Matters: Helping Children Feel Seen and Heard



In her book The Book You Wish Your Parents Had Read, Philippa Perry emphasizes how crucial it is for children to receive adequate attention from their parents. When children feel ignored or uncertain about getting a response, they may persistently seek attention in ways that can be perceived as disruptive.

(Dalam bukunya The Book You Wish Your Parents Had Read, Philippa Perry menekankan betapa pentingnya bagi anak untuk mendapat perhatian yang cukup dari orang tuanya. Ketika anak-anak merasa diabaikan atau tidak mendapat tanggapan, mereka kemungkinan akan terus-menerus mencari perhatian dengan cara yang dianggap mengganggu.)


Buy The Book You Wish Your Parents Had Read by Philippa Perry here:
Amazon Kindle | Paperback | Hardcover (English)
Shopee Rene Turos (paperback, Indonesian) | Periplus (paperback,  English)

Full book review: 


The Importance of Feeling Seen

Imagine feeling unseen, unheard, or mistreated by those whose love and attention matter most to you. Even if the feelings aren’t entirely accurate, they shape your reality. If causing a scene is the only way to gain attention, that behavior becomes a strategy for feeling acknowledged. In contrast, consistent affection and attention eliminate the need for such extremes.

Children who get enough attention develop a sense of security. They won’t fixate on relationships or feel compelled to seek approval through their actions. Without enough attention, their attempts to connect can become increasingly loud or mischievous.

(Bayangkan bagaimana rasanya tidak dilihat, tidak didengar, atau diperlakukan tidak seharusnya oleh orang-orang yang cinta dan perhatiannya paling berarti bagi kita. Meskipun perasaan tersebut tidak sepenuhnya akurat, perasaan tersebut membentuk realitas kita. Jika menimbulkan keributan adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan perhatian, perilaku tersebut menjadi strategi untuk merasa diakui. Sebaliknya, kasih sayang dan perhatian yang konsisten menghilangkan kebutuhan akan hal-hal ekstrem seperti itu.

Anak yang mendapat perhatian yang cukup akan memiliki rasa aman. Mereka tidak akan terpaku pada hubungan atau merasa terdorong untuk mencari validasi melalui tindakan mereka. Tanpa perhatian yang cukup, upaya mereka untuk berinteraksi bisa menjadi semakin kuat atau menimbulkan masalah.)


Long-Term Effects of Neglect

Adults who didn’t receive enough attention as children might constantly seek validation to feel significant, or they might avoid relationships altogether. They may experience feelings of shame or insignificance unless they impact others directly. Ignoring a child’s cues can foster manipulative behavior or a tendency to withdraw from social connections. There are no shortcuts to meeting your child’s need for attention.

(Orang dewasa yang tidak menerima perhatian yang cukup ketika masih anak-anak kemungkinan akan terus-menerus mencari pengakuan agar merasa berarti, atau mereka mungkin menghindari hubungan sama sekali. Mereka bisa merasa malu atau tidak berarti jika tidak memberikan dampak langsung pada orang lain. Mengabaikan isyarat pada anak dapat menumbuhkan perilaku manipulatif atau kecenderungan menarik diri dari hubungan sosial. Tidak ada jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan anak akan perhatian.)


Addressing Negative Dynamics

If you find yourself in constant conflict with your child, it’s vital to address these issues. Start by finding a way to safely release your own frustrations away from your child. This could mean confiding in a non-judgmental friend or physically releasing tension in a private space.

(Jika kita terus-menerus berkonflik dengan anak, penting untuk mengatasi masalah ini. Mulailah dengan menemukan cara untuk melepaskan rasa frustrasi dengan aman dari anak. Ini bisa berarti curhat kepada teman yang tidak menghakimi atau melepaskan ketegangan secara fisik di tempat pribadi.)


The Concept of Love Bombing

Oliver James, a psychologist, suggests “love bombing” as a technique to reset both your and your child’s emotional states. This involves dedicating a specific period where your child is in control of activities. Over 24 hours or a weekend, let your child choose what you do and where you go, within safe and reasonable limits.

During this time, regularly express genuine appreciation and love. This concentrated attention can help break negative patterns and create a positive cycle of interaction. It’s not about constant praise but engaging in meaningful exchanges and mutual dialogue. What they need is the ordinary turn-taking and the to-and-fro of spoken or unspoken dialogue.

(Oliver James, seorang psikolog, menyarankan “love bombing” sebagai teknik untuk me-reset keadaan emosi kita dan anak kita. Hal ini melibatkan mendedikasikan periode tertentu untuk anak yang mengendalikan aktivitas. Selama 24 jam atau di akhir pekan, biarkan anak memilih apa yang akan dilakukan dan ke mana kita pergi, dalam batas aman dan wajar.

Selama waktu ini, ungkapkan apresiasi dan cinta yang tulus secara rutin. Perhatian yang terkonsentrasi ini dapat membantu mematahkan pola negatif dan menciptakan siklus interaksi yang positif. Kegiatan ini bukan tentang pujian terus-menerus, namun terlibat dalam timbal balik dan dialog yang bermakna. Hal yang mereka perlukan adalah interaksi yang normal dan dialog bolak-balik, baik lisan maupun tak lisan.)


Conclusion

Giving your child the attention they need is crucial for their emotional development and your relationship. By understanding and responding to their cues, you help them feel secure and valued. Techniques like love bombing can help break negative cycles and build a stronger, more positive connection. Remember, whatever you and your child are feeling, you’re not alone. Many parents face similar challenges, and there are ways to work through them together.

(Memberi perhatian yang dibutuhkan pada anak sangat penting untuk perkembangan emosional dan hubungan kita. Dengan memahami dan merespons isyarat mereka, kita membantu mereka merasa aman dan dihargai. Teknik seperti love bombing dapat membantu memutus siklus negatif dan membangun hubungan yang lebih kuat dan positif. Ingat, apa pun yang kita dan anak kita rasakan, kita tidak sendirian. Banyak orang tua menghadapi tantangan serupa, dan ada cara untuk mengatasinya bersama.)

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.