"It has been said that books find their own readers-but sometimes they need someone to show them the way."
The Door-to-Door Bookstore by Carsten Henn is a heartwarming story centered around Carl Kollhoff, a dedicated elderly bookseller in Germany. The story begins with Carl's daily routine of delivering books to patrons who can't visit the bookstore themselves. His life takes an unexpected turn when a spirited young girl named Schascha insists on accompanying him on his book deliveries. Despite Carl's initial hesitation, their unlikely friendship blossoms, and Schascha's youthful energy injects new life into Carl's world.
(Door-to-Door Bookstore oleh Carsten Henn adalah kisah heartwarming mengenai Carl Kollhoff, seorang penjual buku lanjut usia di Jerman yang berdedikasi. Kisah ini dimulai dengan rutinitas harian Carl dalam mengantarkan buku kepada para pelanggan yang tidak dapat mengunjungi toko buku itu sendiri. Kehidupannya menjadi tak terduga ketika seorang anak perempuan penuh semangat bernama Schascha bersikeras untuk menemaninya dalam mengirim buku. Meskipun awalnya Carl ragu-ragu, persahabatan mereka yang tidak terduga berkembang, dan semangat muda Schascha menyuntikkan kehidupan baru ke dalam dunia Carl.)
BOOK INFORMATION
Title : The Door-to-Door Bookstore
Original title : Der Buchspazierer
Author : Carsten Henn
Translator : Melody Shaw
Publisher : Hanover Square Press
Language : English
Length : 256 pages
Released : July 4, 2023
Read : September 21 - 23, 2023
GR Rating : 4.19
My rating : 4.25
Terjemahan bahasa Indonesia dari buku ini diterbitkan oleh Penerbit Baca dengan judul yang sama, dan bisa didapatkan di toko resmi Penerbit Baca.
BOOK REVIEW
The Door-to-Door Bookstore by Carsten Henn is a heartwarming tale that beautifully emphasizes the transformative power of books and reading. It illustrates how books can connect people, offer solace, and bring about positive changes in individuals' lives. Henn's narrative weaves together literature and human connection, making it a compelling read for any book lover.
One of the standout lessons in this book is the acknowledgment that everyone has different reading preferences. The story underscores that what one person loves, another may not. This lesson encourages readers to respect individual choices and tastes in books, fostering a sense of inclusivity within the literary world.
Central to the story is the heartwarming development of the relationship between Carl Kollhoff, the lonely elderly bookseller, and Schascha, the energetic young girl. Their unlikely friendship is a central and heartwarming aspect of The Door-to-Door Bookstore. Initially hesitant about her presence, Carl eventually warms up to Schascha, who affectionately refers to him as the "Book Walker." Through her youthful energy and curiosity, Schascha breaks through Carl's initial reluctance, and their journey together highlights the joy that companionship can bring, no matter the age difference.
The book also shines a spotlight on the importance of friendship and community. It beautifully demonstrates how unlikely friendships, like the one between Carl and Schascha, can bring joy and meaning into one's life. The sense of belonging and camaraderie that develops among Carl, Schascha, and his customers is reinforcing the idea that genuine connections can emerge in the most unexpected of circumstances.
Empathy and kindness in everyday interactions are key themes in the book. Carl's unwavering dedication to his customers and Schascha's willingness to befriend him teach us about the value of understanding and helping others. Their actions serve as poignant reminders of the positive impact that small acts of kindness can have on people's lives. Moreover, the book underscores that books themselves can be instruments of empathy. Through literature, readers can step into the shoes of characters from diverse backgrounds and experiences, fostering understanding and compassion for others. This highlights the transformative power of books as vehicles for empathy, bridging gaps and bringing people closer together.
(The Door-to-Door Bookstore karya Carsten Henn adalah kisah menyentuh hati yang secara indah menekankan kekuatan transformatif dari buku dan kegiatan membaca. Kisah ini mengilustrasikan bagaimana buku dapat menghubungkan orang-orang, menawarkan hiburan, dan membawa perubahan positif dalam kehidupan individu. Narasi Henn yang menyatukan sastra dan hubungan antarmanusia, menjadikannya bacaan yang menarik bagi setiap pecinta buku.
Salah satu pelajaran menonjol dalam buku ini adalah pengakuan bahwa setiap orang memiliki preferensi membaca yang berbeda. Kisah ini menggarisbawahi bahwa apa yang disukai seseorang, mungkin tidak disukai orang lain. Pelajaran ini mendorong pembaca untuk menghormati pilihan dan selera individu terhadap buku, yang menumbuhkan rasa inklusivitas dalam dunia sastra.
Inti dari cerita ini adalah perkembangan hubungan yang heartwarming antara Carl Kollhoff, penjual buku lanjut usia yang kesepian, dan Schascha, anak perempuan yang penuh semangat. Persahabatan mereka yang tak terduga merupakan aspek sentral dan heartwarming dari The Door-to-Door Bookstore. Awalnya ragu dengan kehadirannya, Carl akhirnya bersikap ramah terhadap Schascha, yang menyebutnya sebagai "Book Walker". Melalui semangat dan keingintahuannya, Schascha menerobos keengganan awal Carl, dan perjalanan mereka bersama menyoroti kegembiraan yang bisa didapat dari persahabatan, tidak peduli perbedaan usia mereka.
Buku ini juga menyoroti pentingnya persahabatan dan komunitas yang dengan indah menunjukkan betapa persahabatan yang tidak terduga, seperti persahabatan antara Carl dan Schascha, dapat membawa kegembiraan dan makna ke dalam hidup seseorang. Rasa memiliki dan persahabatan yang berkembang di antara Carl, Schascha, dan para pelanggannya memperkuat gagasan bahwa hubungan yang tulus dapat muncul dalam keadaan yang paling tidak terduga.
Empati dan kebaikan dalam interaksi sehari-hari menjadi tema utama dalam buku ini. Dedikasi Carl yang tak tergoyahkan kepada pelanggannya dan kesediaan Schascha untuk berteman dengannya mengajarkan kita tentang nilai pengertian dan membantu orang lain. Tindakan mereka menjadi pengingat yang tajam akan dampak positif dari tindakan kebaikan kecil terhadap kehidupan masyarakat. Selain itu, buku ini menggarisbawahi bahwa buku itu sendiri dapat menjadi instrumen empati. Melalui sastra, pembaca dapat berperan sebagai tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang dan pengalaman, yang menumbuhkan pemahaman dan kasih sayang terhadap orang lain. Hal ini menyoroti kekuatan transformatif buku sebagai wahana empati, menjembatani kesenjangan, dan mendekatkan manusia.)
THE STRENGTHS
■The heartwarming and touching nature of the story, coupled with its focus on the transformative power of books and human connections, is undoubtedly one of the book's most endearing qualities. It's the kind of read that not only entertains but also uplifts spirits and leaves readers with a sense of warmth and contentment.
■The book's accessible and easy-to-read writing style is a significant draw, especially for those seeking a light and enjoyable story. This accessibility makes it inclusive for a wide range of readers, ensuring that the book's heartwarming message can reach a broad audience.
■The incorporation of numerous bookish references and quotes throughout the narrative is a delightful touch. For avid readers, these references add an extra layer of enjoyment and relatability to the story.
■The positive messages conveyed in the novel, such as the importance of kindness, the value of community, and the idea that books can heal and bring joy, are truly heartening without feeling preachy. It's a reminder of the simple yet powerful virtues that make our world a better place.
■The diverse cast of characters, each with their unique quirks and personalities, adds depth and charm to the story. Carl's practice of giving each of his customers a name from a book character is a charming detail that not only humanizes them but also highlights the profound connection between readers and the characters they encounter in books.
(■Kisah yang heartwarming dan menyentuh, ditambah dengan fokusnya pada kekuatan transformatif buku dan hubungan antarmanusia, merupakan salah satu kualitas buku yang paling menarik. Buku ini adalah jenis bacaan yang tidak hanya menghibur tetapi juga membangkitkan semangat dan meninggalkan perasaan hangat dan puas bagi pembacanya.
■Gaya penulisan buku yang mudah diakses dan mudah dibaca merupakan daya tarik yang signifikan, terutama bagi mereka yang mencari cerita yang ringan dan menyenangkan. Aksesibilitas ini menjadikannya inklusif bagi banyak pembaca, yang memastikan bahwa pesan yang menyentuh hati dari buku ini dapat menjangkau khalayak luas.
■Penggabungan banyak referensi buku dan kutipan di sepanjang narasi merupakan sentuhan yang menyenangkan. Bagi para pembaca, referensi ini menambah lapisan hiburan dan keterhubungan pada cerita.
■Pesan-pesan positif yang disampaikan dalam novel ini, seperti pentingnya kebaikan, komunitas, dan gagasan bahwa buku dapat menyembuhkan dan membawa kegembiraan, sungguh membesarkan hati tanpa ada kesan menggurui. Buku ini adalah pengingat akan kebaikan sederhana namun kuat yang membuat dunia kita menjadi tempat yang lebih baik.
■Beragamnya karakter, masing-masing dengan keunikan dan kepribadiannya masing-masing, menambah kedalaman dan pesona cerita. Kebiasaan Carl dalam memberi nama karakter buku kepada setiap pelanggannya adalah detail menarik yang tidak hanya memanusiakan mereka tetapi juga menyoroti hubungan mendalam antara pembaca dan karakter yang mereka temui dalam buku.)
THE DRAWBACKS
■The character of Sabine Gruber, the bookshop manager, felt lacked sufficient development and her actions lacked clear justification in the narrative. It can be frustrating when a character's motivations are not explored in depth, as it can make their decisions feel arbitrary or unconvincing. In this case, it seems like there was a missed opportunity to provide insights into what drove her to make certain extreme decisions.
■The ending of The Door-to-Door Bookstore didn't align with my preference for a more realistic and naturally evolving conclusion. The rushed and unlikely nature of certain events, particularly those involving the girl's father, may have felt forced and too perfect, which can be disappointing when the rest of the story has been heartwarming and relatable.
(■Karakter Sabine Gruber, sang manajer toko buku, terasa kurang berkembang dan tindakannya kurang memiliki motif yang jelas dalam penceritaannya. Jika motivasi seorang karakter tidak dieksplorasi secara mendalam, dapat membuat keputusannya terasa sewenang-wenang atau tidak meyakinkan. Dalam hal ini, ada bagian yang terlewatkan dalam memberikan informasi kepada pembaca tentang apa yang mendorongnya mengambil keputusan tertentu.
■Ending dari The Door-to-Door Bookstore kurang sesuai dengan aku yang lebih suka akhir yang lebih realistis dan berkembang secara alami. Peristiwa-peristiwa tertentu bersifat terburu-buru dan tidak terduga, khususnya yang melibatkan karakter ayah anak perempuan, terasa dipaksakan dan terlalu sempurna, sehingga bisa terasa kurang memuaskan ketika kisah sebelumnya terasa menyentuh hati dan bisa diterima.)
COMPARISONS TO A MAN CALLED OVE
The Door-to-Door Bookstore by Carsten Henn and A Man Called Ove by Fredrik Backman share some compelling similarities despite their differences in themes and settings. Both novels delve into the lives of older protagonists who initially appear set in their ways and somewhat isolated from the world. Carl Kollhoff in The Door-to-Door Bookstore and Ove in A Man Called Ove are characters who, through unexpected encounters, gradually open up to new friendships and experiences.
Additionally, both books emphasize the importance of human connections and how unexpected relationships can bring joy and meaning into one's life. Carl's friendship with Schascha and Ove's interactions with his neighbors showcase how unlikely bonds can have a transformative impact on individuals.
Moreover, these novels explore the idea of community and the sense of belonging. Carl's close-knit relationship with his bookshop customers and Ove's interactions with his neighbors demonstrate how a sense of community can emerge in unexpected places, creating a support system for the characters.
While the themes in both books align in many ways, they also differ in significant aspects. The Door-to-Door Bookstore places a strong emphasis on the world of literature, highlighting how books can heal, connect, and bring joy. On the other hand, A Man Called Ove delves more into themes of grief, loss, and second chances.
(The Door-to-Door Bookstore oleh Carsten Henn dan A Man Called Ove oleh Fredrik Backman memiliki beberapa kesamaan yang menarik meskipun ada perbedaan dalam tema dan latarnya. Kedua novel ini menyelidiki kehidupan protagonis lanjut usia yang diperkenalkan dengan cara unik mereka sendiri dan agak terisolasi dari dunia. Carl Kollhoff dalam The Door-to-Door Bookstore dan Ove dalam A Man Called Ove adalah karakter yang, melalui pertemuan tak terduga, secara bertahap membuka diri terhadap persahabatan dan pengalaman baru.
Selain itu, kedua buku ini menekankan pentingnya hubungan antarmanusia dan bagaimana hubungan yang tidak terduga dapat membawa kegembiraan dan makna ke dalam hidup seseorang. Persahabatan Carl dengan Schascha dan interaksi Ove dengan tetangganya menunjukkan betapa ikatan yang tidak terduga bisa memberikan dampak transformatif pada individu.
Selain itu, novel-novel ini mengeksplorasi gagasan tentang komunitas dan rasa memiliki. Hubungan dekat Carl dengan pelanggan toko bukunya dan interaksi Ove dengan tetangganya menunjukkan bagaimana rasa kebersamaan dapat muncul di tempat yang tidak terduga, yang menciptakan sistem pendukung bagi para karakter.
Meskipun tema-tema dalam kedua buku ini mirip dalam banyak hal, keduanya juga berbeda dalam aspek-aspek yang signifikan. The Door-to-Door Bookstore sangat menekankan dunia sastra, menyoroti bagaimana buku dapat menyembuhkan, menghubungkan, dan membawa kegembiraan. Di sisi lain, A Man Called Ove lebih mendalami tema kesedihan, kehilangan, dan kesempatan kedua.)
FAVORITE QUOTES
"It's important that they read, not what they read."
"If you're a character in a book, you live forever. For as long as someone reads you, you're alive."
"You see, there is no book that can please everyone. And if there were, it would be a bad book. You couldn't be everyone's friend, because everyone is different. You'd have to be completely lacking in personality, no rough edges or sharp corners. But even then, many people wouldn't like you because they need rough edges and sharp corners."
"Every person needs different books. Because what one person loves with all their heart, might leave another completely cold."
"Everyone is free in their choice of books. That's the most marvelous thing about it. So much is, dictated to us in life, at least we can still choose what we read."
"no matter how many books I read, there will always be more that I haven't read. That's the tragedy. Anyone who enjoys reading wants to read every good book there is."
"Even when an extraordinary book ends at precisely the right point, with precisely the right words, and anything further would only destroy that perfection, it still leaves us wanting more pages. That is the paradox of reading."
CONCLUSION
The Door-to-Door Bookstore by Carsten Henn is a charming and heartwarming novel that celebrates the transformative power of books and the connections they create. It's a feel-good read that leaves you with a sense of warmth and contentment, emphasizing the importance of empathy, kindness, and the role of literature in bringing people together. While the book's writing style is accessible and enriched with delightful bookish references, it's not without its flaws, including underdeveloped characters and a somewhat contrived ending. However, the heartwarming and touching nature of the story, the positive messages it conveys, and the diverse cast of characters make it a delightful choice for readers seeking a light and enjoyable tale that tells the magic of books and human connections.
(The Door-to-Door Bookstore oleh Carsten Henn adalah novel yang menarik dan heartwarming mengenai kekuatan transformatif buku dan hubungan yang diciptakannya. Buku ini adalah bacaan menyenangkan yang membuat kita merasa hangat dan puas, yang menekankan pentingnya empati, kebaikan, dan peran sastra dalam menyatukan orang-orang. Meskipun gaya penulisan buku ini dapat diakses dan diperkaya dengan referensi buku yang menyenangkan, buku ini bukannya tanpa kekurangan, seperti karakter yang kurang berkembang dan akhir yang kurang natural. Namun, melalui kisahnya yang heartwarming dan menyentuh, pesan-pesan positif yang disampaikan, dan beragamnya karakter menjadikannya pilihan yang menyenangkan bagi pembaca yang mencari kisah ringan dan menyenangkan mengenai keajaiban buku dan hubungan antarmanusia.)
0 Comments
don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!
Note: only a member of this blog may post a comment.