Clementine and Danny Save the World (and Each Other) by Livia Blackburne | Book Review

 


Clementine and Danny Save the World (and Each Other) follows the story of Clementine Chan and Danny Mok, two friends dealing with cultural identity, community issues, and the power of social media. They live in a lively Chinatown where they're torn between traditions and modernization. Clementine is an optimistic blogger, while Danny runs a tea shop and is more practical. They team up to stop a big company from taking over their neighborhood mall. But as they work together, their online personalities clash, causing misunderstandings. This story explores how gentrification affects the neighborhood, local businesses, and people's lives.

(Clementine and Danny Save the World (and Each Other) mengikuti kisah Clementine Chan dan Danny Mok, dua orang yang menghadapi masalah identitas budaya, isu komunitas, dan kekuatan media sosial. Mereka tinggal di Chinatown yang sibuk dan mereka tidak yakin untuk memilih antara tradisi dan modernisasi. Clementine adalah seorang blogger yang optimis, sedangkan Danny menjalankan kedai teh dan bersifat lebih praktikal. Mereka bekerja sama untuk menghentikan perusahaan besar mengambil alih mal di lingkungan mereka. Namun saat mereka bekerja sama, kepribadian online mereka berbenturan sehingga menyebabkan kesalahpahaman. Kisah ini mengeksplorasi bagaimana gentrifikasi mempengaruhi lingkungan, bisnis lokal, dan kehidupan masyarakat.)


BOOK INFORMATION

Title                       : Clementine and Danny Save the World (and Each Other) 

Author                  : Livia Blackburne  

Publisher             : Quill Tree Books

Language             : English 

Length                  : 7 hours 45 minutes

Released               : July 18, 2023

Read                     : August 17-19, 2023

GR Rating            : 3.82

My rating             : 3.50


BOOK REVIEW 

Clementine and Danny Save the World (and Each Other) explores the themes of identity, community, and the clash between traditions and modenity. It's set in Chinatown and follows the lives of Clementine and Danny, who are dealing with their own family backgrounds and the changes happening in their neighborhood because of gentrification.

Family plays a role in shaping Clementine and Danny's views. Clementine, from a wealthier background, wants to modernize Chinatown while still keeping its traditions alive. Danny, from a working-class family, wants to stick to tradition and resist change. This reflects the larger tensions between different generations and classes within the Chinese-American community.

Clementine's tea blog shows her trying to blend her heritage with modern trends, while Danny's online persona, BobaBoy888, shows his fight against what he sees as changes that threaten Chinatown's authenticity. 

Gentrification is a central theme that really affects Chinatown and the people living there. The threat of big companies taking over the strip mall shows the struggle between supporting local businesses and just caring about making money. Through Clementine and Danny's efforts to fight back, the book shows how gentrification hurts the elderly who rely on local shops, families who run those businesses, and the overall vibes of the neighborhood.

The story also explores how cultural traditions and family play a huge part in who the characters are. Danny's connection to his family's tea shop and Clementine's relationship with her family give us insight into their personalities. It shows how much our families shape us and how that affects the way we deal with challenges in our community.

(Clementine and Danny Save the World (and Each Other) mengeksplorasi tema identitas, komunitas, dan benturan antara tradisi dan modernitas. Kisah ini berlatar di Chinatown dan mengikuti kehidupan Clementine dan Danny, yang berhadapan dengan latar belakang keluarga mereka sendiri dan perubahan yang terjadi di lingkungan mereka karena gentrifikasi.

Keluarga berperan dalam membentuk pandangan Clementine dan Danny. Clementine, yang berasal dari keluarga kaya, ingin memodernisasi Chinatown sambil tetap menjaga tradisinya tetap hidup. Danny, dari keluarga kelas pekerja, ingin tetap berpegang pada tradisi dan menolak perubahan. Hal ini mencerminkan ketegangan yang lebih besar antara generasi dan kelas yang berbeda dalam komunitas Tionghoa-Amerika.

Blog teh Clementine menunjukkan dia mencoba memadukan warisan budayanya dengan tren modern, sementara kepribadian online Danny, BobaBoy888, menunjukkan perjuangannya melawan apa yang dia lihat sebagai perubahan yang mengancam keaslian Chinatown.

Gentrifikasi adalah tema sentral yang sangat mempengaruhi Chinatown dan masyarakat yang tinggal di sana. Ancaman pengambilalihan mal oleh perusahaan-perusahaan besar menunjukkan perjuangan antara mendukung bisnis lokal dan hanya peduli pada uang. Melalui upaya Clementine dan Danny untuk melawan, buku ini menunjukkan bagaimana gentrifikasi merugikan para lansia yang bergantung pada toko-toko lokal, keluarga yang menjalankan bisnis tersebut, dan suasana lingkungan secara keseluruhan.

Ceritanya juga mengeksplorasi bagaimana tradisi budaya dan keluarga memainkan peran besar dalam menentukan karakternya. Hubungan Danny dengan kedai teh keluarganya dan hubungan Clementine dengan keluarganya memberi kita wawasan tentang kepribadian mereka. Hal ini menunjukkan seberapa besar keluarga membentuk kita dan bagaimana hal tersebut memengaruhi cara kita menghadapi tantangan di komunitas.)


THE STRENGTHS

■ I like the topics this book explores such as activism, gentrification, community, cultural identity, and the power of social media. 

■ The story shows how arguments online can spiral out of control, like when Clementine and Danny clash on her tea blog. It's a reminder that the internet isn't always the best place for clear communication. Instead, the book shows the importance of talking face-to-face to sort out misunderstandings and build real connections.

■ This book shows how social media can be a tool for both positive and negative things. It can bring people together for a cause, but it can also stir up drama and spread rumors. Through Clementine and Danny's online alter egos, the story explores how social media can both unite and divide us.

(■ Aku suka topik yang dieksplorasi buku ini seperti aktivisme, gentrifikasi, komunitas, identitas budaya, dan kekuatan media sosial.

■ Kisah ini menunjukkan bagaimana pertengkaran di dunia maya bisa menjadi tidak terkendali, seperti ketika Clementine dan Danny berselisih di blog tehnya. Ini adalah pengingat bahwa internet tidak selalu merupakan tempat terbaik untuk komunikasi yang jelas. Sebaliknya, buku ini menunjukkan pentingnya berbicara tatap muka untuk menyelesaikan kesalahpahaman dan membangun hubungan yang sebenarnya.

■ Buku ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat menjadi alat untuk melakukan hal-hal positif dan negatif. Media sosial dapat menyatukan orang-orang untuk suatu tujuan, namun juga dapat menimbulkan drama dan menyebarkan rumor. Melalui alter ego online Clementine dan Danny, cerita ini mengeksplorasi bagaimana media sosial dapat menyatukan dan memecah belah kita.)


THE DRAWBACKS

■ Clementine and Danny's love story falls flat, lacking the spark and depth that would make me root for them. The quick pace of their interactions and the missing emotional bond make it hard to believe in their connection. I want more from their relationship, hoping for better-developed characters and more meaningful interactions.

■ While the idea of characters having alter egos online is intriguing, the book doesn't delve deep enough into the consequences of this dynamic. It fails to fully explore how their online personas affect their relationships and personal growth, making this aspect less interesting than expected.

■ Clementine seems too perfect and lacking the depth needed for me to truly understand and relate to her. On the flip side, Danny's harsh attitude makes it tough for me to sympathize with him.

■ The depiction of activism feels flat at times, lacking the passion and energy that typically drives such movements. The descriptions don't evoke the emotions needed to make this part of the story as engaging as other

(■ Kisah cinta Clementine dan Danny terasa datar, kurang memiliki semangat dan kedalaman yang bisa membuat aku mendukung mereka. Kecepatan interaksi mereka yang cepat dan hilangnya ikatan emosional membuatku sulit untuk mempercayai hubungan mereka. Aku ingin lebih banyak eksplorasi hubungan mereka, berharap karakter dapat berkembang lebih baik dan memiliki interaksi yang lebih bermakna.

■ Meskipun gagasan tentang karakter yang memiliki alter ego di dunia maya cukup menarik, buku ini tidak menggali secara mendalam konsekuensi dari dinamika ini. Kegagalan untuk mengeksplorasi sepenuhnya bagaimana kepribadian online mereka mempengaruhi hubungan dan pertumbuhan pribadi mereka, membuat aspek ini kurang menarik dari yang diharapkan.

■ Clementine tampak terlalu sempurna dan kurang memiliki kedalaman yang dibutuhkan agar aku benar-benar memahami dan relate dengannya. Di sisi lain, sikap Danny yang kasar membuatku sulit bersimpati padanya.

■ Penggambaran aktivisme terkadang terasa datar, kurang memiliki semangat dan energi yang biasanya mendorong gerakan-gerakan tersebut. Deskripsinya tidak membangkitkan emosi yang diperlukan untuk membuat bagian cerita ini menarik seperti bagian cerita lainnya.)


CONCLUSION

Clementine and Danny Save the World (and Each Other) dives into topics like activism, gentrification, and cultural identity, showing how social media can both connect and divide us. It explores the highs and lows of online versus real-life interactions. While the book shines in tackling these issues, it falters in some areas. The romance between Clementine and Danny feels rushed and lacks depth, and the drama around internet identities isn't as gripping as it could be. Clementine seems too perfect, while Danny comes off as harsh and hard to relate to. The book also sometimes feels a bit like a textbook when it talks about activism, missing the passion that drives real movements. Still, it's worth a read for its insights into cultural tensions, the impact of gentrification, and the struggles of the Chinese-American community. Despite its flaws, Clementine and Danny Save the World (and Each Other) reminds us of the importance of face-to-face communication, embracing our heritage, and sticking together as a community.

(Clementine and Danny Save the World (and Each Other) membahas topik-topik seperti aktivisme, gentrifikasi, dan identitas budaya, yang menunjukkan bagaimana media sosial dapat menghubungkan dan memecah belah kita. Buku ini mengeksplorasi kelebihan dan kekurangan interaksi online versus interaksi di kehidupan nyata. Meskipun buku ini unggul dalam membahas isu-isu ini, buku ini terasa kurang dalam beberapa hal. Kisah cinta antara Clementine dan Danny terasa terburu-buru dan kurang mendalam, serta drama seputar identitas internet tidak terlalu menarik perhatian. Clementine tampak terlalu sempurna, sementara Danny terlihat kasar dan sulit untuk dipahami. Buku ini juga terkadang terasa seperti buku teks ketika berbicara tentang aktivisme, dan kehilangan semangat yang mendorong gerakan aktivis di dunia nyata. Namun, buku ini layak dibaca karena wawasannya mengenai ketegangan budaya, dampak gentrifikasi, dan perjuangan komunitas Tionghoa-Amerika. Terlepas dari kekurangannya, Clementine and Danny Save the World (and Each Other) mengingatkan kita akan pentingnya komunikasi tatap muka, menerima warisan budaya kita, dan tetap bersatu sebagai sebuah komunitas.)

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.