Pollyanna by Eleanor H. Porter | Book Review



Orphaned and sent to live with her stern Aunt Polly, Pollyanna embarks on a mission to find something to be glad about in every situation. Armed with the "Glad Game," she transforms the lives of those around her, revealing the transformative power of a positive outlook and unwavering optimism. Through encounters with a cast of endearing characters and a series of heartwarming moments, Pollyanna teaches us invaluable lessons about resilience, gratitude, and the joy that can be found even in the most challenging of circumstances.

(Yatim piatu dan dikirim untuk tinggal bersama Bibi Polly yang tegas, Pollyanna memulai misi untuk menemukan sesuatu yang membuat senang dalam setiap situasi. Berbekal "Glad Game", dia mengubah kehidupan orang-orang di sekitarnya, mengungkapkan kekuatan transformatif dari pandangan positif dan optimisme yang tak tergoyahkan. Melalui perjumpaan dengan tokoh-tokoh yang menarik dan serangkaian momen yang heartwarming, Pollyanna mengajarkan kita pelajaran yang tak ternilai tentang keteguhan, rasa syukur, dan kegembiraan yang dapat ditemukan bahkan dalam keadaan yang sulit.)


BOOK INFORMATION

Title                       : Pollyanna

Author                  : Eleanor H. Porter

Language             : English

Publisher             : Gramedia Pustaka Utama 

Length                  : 256 pages

Released             : August 13, 2018

Read                      : June 9 - June 19, 2023

GR Rating            : 4.00

My rating             : 3.50


SYNOPSIS

Pollyanna is a novel written by Eleanor Porter. The story revolves around an optimistic young girl named Pollyanna Whittier who goes to live with her strict and wealthy Aunt Polly after her father's death. Despite facing various challenges, Pollyanna possesses a unique and contagious positivity that she spreads throughout her community.

Pollyanna's outlook on life is shaped by her father, who taught her the "Glad Game" - finding something to be glad about in every situation. She introduces this game to the people in her new town, encouraging them to look for the positive aspects of their lives. Through her interactions, Pollyanna transforms the lives of the townspeople.

(Pollyanna adalah novel yang ditulis oleh Eleanor Porter. Ceritanya mengenai seorang gadis muda yang optimis bernama Pollyanna Whittier yang tinggal bersama Bibi Polly yang tegas dan kaya setelah kematian ayahnya. Meski menghadapi berbagai tantangan, Pollyanna memiliki kepositifan yang unik dan menular yang ia sebarkan ke sekelilingnya.

Pandangan hidup Pollyanna dibentuk oleh ayahnya, yang mengajarinya "Glad Game" yaitu menemukan sesuatu yang membuat senang dalam setiap situasi. Dia memperkenalkan permainan ini kepada orang-orang di tempat barunya, mendorong mereka untuk mencari aspek positif dalam hidup mereka. Melalui interaksinya, Pollyanna mengubah kehidupan warga kota.)


BOOK REVIEW

Pollyanna is a heartwarming novel that weaves a tale of hope and healing through its delightful storytelling. Set in the town of Beldingsville, the novel follows the journey of Pollyanna Whittier, a young girl whose unwavering optimism touches the lives of everyone she encounters. 

One of the book's strengths lies in its exploration of themes of hope and healing. Through Pollyanna's "Glad Game," the novel emphasizes the power of positivity in transforming lives and finding joy even in the face of adversity. The heartwarming connections Pollyanna forms with the townspeople reflect the significance of human compassion and empathy in fostering healing and personal growth. The themes of resilience and the journey towards emotional recovery are beautifully portrayed, leaving readers with a sense of inspiration and a reminder of the enduring power of hope.

However, the novel does have its weaknesses. The "Glad Game," while well-intentioned, has the potential for toxic positivity. The constant emphasis on finding something to be glad about in every situation might appear unrealistic and could inadvertently dismiss genuine emotions and hardships. Additionally, Pollyanna's portrayal as an almost too perfect and ideal character makes her seem less relatable. Compared to other beloved protagonists with flaws and vulnerabilities, Pollyanna's unblemished personality left me yearning for a more nuanced and authentic portrayal.

(Pollyanna adalah novel yang heartwarming yang menggabungkan kisah harapan dan penyembuhan melalui gaya bercerita yang menyenangkan. Bersetting di kota Beldingsville, novel ini mengikuti perjalanan Pollyanna Whittier, seorang gadis muda yang optimismenya tak tergoyahkan dan menyentuh kehidupan setiap orang yang ditemuinya. 

Salah satu kekuatan buku ini terletak pada eksplorasi tema harapan dan penyembuhan. Melalui "Glad Game" yang dimainkan Pollyanna, novel ini menekankan kekuatan kepositifan dalam mengubah hidup dan menemukan kegembiraan bahkan saat menghadapi kesulitan. Hubungan yang heartwarming yang dibentuk Pollyanna dengan penduduk kota mencerminkan pentingnya kasih sayang dan empati manusia dalam mendorong penyembuhan dan perkembangan pribadi. Tema keteguhan dan perjalanan menuju pemulihan emosional digambarkan dengan indah, membuat pembaca terinspirasi dan mengingat kekuatan harapan yang abadi.

Namun, novel ini juga memiliki kelemahan. The "Glad Game", meskipun bermaksud baik, dapat memiliki potensi menjadi toxic positivity. Penekanan terus-menerus untuk menemukan sesuatu yang membuat senang dalam setiap situasi mungkin tampak tidak realistis dan secara tidak sengaja dapat mengabaikan emosi dan kesulitan yang sebenarnya. Selain itu, penggambaran Pollyanna sebagai karakter yang hampir terlalu sempurna dan ideal mungkin membuatnya tampak kurang relatable bagi sebagian pembaca. Dibandingkan dengan protagonis lainnya dengan kekurangan dan kelemahan, kepribadian Pollyanna yang tidak ada cacat membuat aku menginginkan penggambaran yang lebih bernuansa dan otentik.)

 

WHAT I LOVE

■Heartwarming: The novel creates a sense of nostalgia and innocence, transporting readers to a simpler time. The genuine interactions between characters, as well as the emotional growth they experience, tug at the heartstrings of readers.

■Hope and healing: Pollyanna explores themes of hope, healing, forgiveness, and the power of human connection. I appreciate the way these themes are woven into the narrative, offering a sense of comfort. The novel reminds readers that even in the face of adversity, there is always the possibility for growth, reconciliation, and a brighter future.

(■Heartwarming: Novel ini menciptakan kesan nostalgia dan kepolosan, yang membawa pembaca ke masa yang lebih sederhana. Interaksi yang tulus antar karakter, serta perkembangan emosional yang mereka alami, menarik hati pembaca.

■Harapan dan penyembuhan: Pollyanna mengeksplorasi tema harapan, penyembuhan, pengampunan, dan kekuatan hubungan manusia. Aku suka cara tema-tema ini dimasukkan ke dalam narasi, yang memberikan rasa nyaman. Novel ini mengingatkan pembaca bahwa meski menghadapi kesulitan, selalu ada kemungkinan untuk pertumbuhan, rekonsiliasi, dan masa depan yang lebih cerah.)

 

WHAT I DISLIKE

■The potential for toxic positivity within the "Glad Game." While the concept of finding something to be glad about is admirable, I struggle with the idea of comparing our own lives to others' worse situations in order to cultivate gratitude. In reality, everyone's experiences and challenges are unique, and we can't fully understand what others are going through. It feels unfair to diminish our own struggles or emotions by comparing them to someone else's hardships. As a contemporary reader, the "Glad Game" might not resonate with me, as it seems to overlook the complexity of human emotions and the importance of acknowledging and processing both positive and negative feelings in a balanced way. While the novel's intentions are positive, this aspect raises concerns about the potential dangers of denying our true emotions in pursuit of relentless optimism.

■Pollyanna as a character who seems almost too perfect and ideal. While her unwavering optimism is endearing, it can sometimes feel unrealistic and unrelatable. As a reader, I often connect more with main characters who have flaws and vulnerabilities, like Anne Shirley from Anne of Green Gables. Anne's relatable imperfections make her journey of growth and self-discovery more compelling. In contrast, the ideal depiction of Pollyanna might lead to the story feeling preachy at times, especially when she introduces her opinions on how people should lead their lives. While the novel's intention is to inspire readers with Pollyanna's positive outlook, a more nuanced portrayal of her character could have made her journey even more authentic and relatable.

(■Potensi toxic positivity dalam "Glad Game". Sementara gagasan untuk menemukan sesuatu untuk disyukuri itu mengagumkan, aku kurang setuju dengan gagasan membandingkan hidup kita sendiri dengan situasi orang lain yang lebih buruk untuk memunculkan rasa syukur. Pada kenyataannya, pengalaman dan tantangan setiap orang itu unik, dan kita tidak dapat sepenuhnya memahami apa yang dialami orang lain. Rasanya tidak adil untuk mengabaikan kesulitan atau emosi kita sendiri dengan membandingkannya dengan kesulitan orang lain. Sebagai pembaca kontemporer, "Glad Game" mungkin tidak cocok dengan aku, karena tampaknya mengabaikan kompleksitas emosi manusia dan pentingnya mengakui dan memproses perasaan positif dan negatif secara seimbang. Meskipun niat novelnya positif, aspek ini menimbulkan kekhawatiran tentang potensi bahaya dari menyangkal emosi kita yang sebenarnya dalam mengejar optimisme tanpa henti.

■Pollyanna sebagai karakter yang terkesan terlalu sempurna dan ideal. Meskipun optimismenya yang tak tergoyahkan sangat menarik, terkadang hal ini terasa tidak realistis dan kurang relatable. Sebagai pembaca, aku lebih sering bisa relate dengan karakter utama yang memiliki kekurangan dan kelemahan, seperti Anne Shirley dari Anne of Green Gables. Ketidaksempurnaan Anne membuat perjalanan pengembangan dan penemuan dirinya lebih menarik. Sebaliknya, penggambaran Pollyanna yang ideal mungkin membuat cerita terkadang terasa seperti sedang menceramahi pembaca, terutama ketika dia memperkenalkan pandangannya tentang bagaimana orang harus menjalani hidup mereka. Meskipun tujuan novel ini adalah untuk menginspirasi pembaca dengan pandangan positif Pollyanna, penggambaran karakternya yang lebih bernuansa dapat membuat perjalanannya menjadi lebih otentik dan menyenangkan.)

 

CONCLUSION

Pollyanna remains a heartwarming tale that evokes a sense of nostalgia and provides valuable life lessons. The book's strength lies in its storytelling and the enduring themes of hope and healing. However, the potential for toxic positivity within the "Glad Game" and the portrayal of an almost flawlessly ideal main character do slightly detract from the overall experience. As such, this review awards Pollyanna a rating of 3.5 out of 5 stars.

(Pollyanna tetap menjadi kisah heartwarming yang membangkitkan rasa nostalgia dan memberikan pelajaran hidup yang berharga. Kekuatan buku ini terletak pada gaya bercerita dan tema harapan dan penyembuhan. Namun, potensi toxic positivity dalam "Glad Game" dan penggambaran karakter utama yang hampir sempurna sedikit mengurangi keseluruhan pengalaman membaca. Dengan demikian, ulasan ini memberi Pollyanna rating 3,5 dari 5 bintang.)

 

 

0 Comments

don't use this comment form, use the embedded disqus comment section. No spam!

Note: only a member of this blog may post a comment.